Tanda titik dan garis
Dalam tanda tangannya, Soekarno selalu mengakhiri dengan tanda titik dan garis, terutama dalam teks proklamsi dan teks yang bersifat kenegaraan.
Tanda titik ini menunjukkan ketegasan. Sedangkan tanda garis menunjukkan bahwa Soekarno tidak dapat melakukan apa pun tanpa mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Indonesia.
Dari situ, Bung Karno ingin menunjukkan, kerja tim itu sangat penting untuk mewujudkan kemerdekaan.
Contoh lain dalam rumusan tulisan tangan teks proklamasi, pada kata “Proklamasi” di paling atas disertai dengan dua garis.
Soekarno ingin menunjukkan kembali ketegasan kerja tim tersebut. Ia ingin menegaskan bahwa kemerdekaan harus segera terealisasi, meskipun ia tahu hal itu tidak mudah.
Mengingat banyaknya halangan dan rintangan, namun ia tetap yakin melalui semangat kerja tim semua bisa terwujud.
Hal serupa juga bisa dilihat dalam tulisan akhir, Bung Karno tetap “memaksa” untuk menuliskan wakil-wakil bangsa Indonesia, yang sesungguhnya sudah tidak muat dalam kertas, karena kerja tim baginya amat penting.
Selain tegas, Soekarno juga teliti. Itu terlihat dari jarak atau spasi antarkata yang begitu teratur serta margin kiri dan kanan yang ideal.
Padahal, dapat dikatakan situasi saat itu dalam kondisi yang “tertekan” dan tergesa-gesa, namun Soekarno tetap memikirkan ketelitian dalam menulis.
Shinta mengatakan, dari analisis tulisan tangan Soekarno ditemukan bahwa Bung Karno adalah seorang penikmat seni. Itu terlihat dari huruf-huruf yang condong keluar.
Bung Karno juga pribadi yang perfeksionis. Dalam arti, segala sesuatu harus mengikuti aturan yang berlaku.
Sedangkan, yang menjadi kelemahan dari Soekarno adalah pribadi yang cukup memaksakan kehendak sendiri.
Itu terlihat dari batang tulisan pada huruf D yang tidak tinggi.
“Tapi Soekarno punya keyakinan dan kemampuan independensi yang tinggi, sehingga ia mampu mencapai keinginan atau kehendak tersebut,” tutur Shinta.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR