Advertorial

Kesedihan Bung Karno Untuk Kartosoewirjo Salah Seorang Sahabatnya

K. Tatik Wardayati
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

Agak berat ketika Soekarno harus menandatangani vonis mati pimpinan DI/TII Kartosoewirjo, karena ia adalah sahabatnya.
Agak berat ketika Soekarno harus menandatangani vonis mati pimpinan DI/TII Kartosoewirjo, karena ia adalah sahabatnya.

Intisari-Online.com – Salah satu keputusan berat yang harus diambil Soekarno adalah menandatangani vonis mati Imam dan Pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Sang proklamator itu berkali-kali menyingkirkan berkas eksekusi mati Kartosoewirjo dari meja kerjanya. Hal itu dilakukannya bukan tanpa alasan, Bung Karno dan Kartosoewirjo sudah sejak lama bersahabat.

Keduanya sama-sama berguru pada orang yang sama yakni HOS Tjokroaminoto. Saat itu keduanya tinggal di sebuah rumah kontrakan milik tokoh Sarekat Islam itu.

“Pada 1918 ia adalah seorang sahabatku yang baik. Kami bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan Tanah Air. Pada tahun 20-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama, dan bermimpi bersama-sama.

Baca juga: Reog Ponorogo, Sebuah Tarian Pemberontakan yang Ditujukan untuk Majapahit

Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, dia berjuang semata-mata menurut azas agama Islam,” kata Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.

Baku canda dengan Kartosoewirjo

Salah seorang kawan Soekarno di rumah Tjokroaminoto yang tidak pernah bosan memberikan kritik atas pidato-pidatonya adalah Kartosoewirjo.

Namun, tidak jarang kritik yang dilontarkan Kartosoewirjo lebih kepada ejekan.

Baca juga: 56 Tahun Kartosoewirjo Divonis Mati: Tangis Bung Karno saat Tanda Tangani SK Hukuman Mati Sahabatnya Sendiri

“Hei Karno, buat apa berpidato di depan kaca? Seperti orang gila saja,” kata Kartosuwirjo suatu kali, saat melihat Soekarno tengah belajar berpidato.

Mendengar celetukan itu, Soekarno diam saja dan terus melanjutkan pidatonya. Setelah selesai, dia baru membalas ejekan Kartosoewirjo.

Kalimat pertamanya adalah penjelasan kenapa dia belajar berpidato sebagai persiapan untuk menjadi orang besar.

Pada kalimat kedua, Soekarno baru membalas ejekan kawannya itu.

“Tidak seperti kamu, sudah kurus, kecil, pendek, keriting, mana bisa jadi orang besar!” ketus Soekarno dibarengi oleh tawa keduanya.

Peristiwa itu terus berulang di rumah Tjokroaminoto, hingga keduanya tumbuh dewasa. (Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2015)

Baca juga: Terkenal Gagah Berani, Bung Karno Ternyata Tidak Tegaan Melihat Binatang Tersiksa atau Diburu

Artikel Terkait