Advertorial
Intisari-Online.com – Tidak banyak masyarakat yang tahu kebiasaan sehari-hari Bung Karno (BK) semasa hidupnya.
Pribadinya yang sederhana dan akrab lagi lugas semakin tampak ketika H. Mangil Martowidjojo, mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi, menuangkan pengalamannya dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945 – 1967 (Grasindo, 1999) seperti disarikan berikut ini.
--
BK mempunyai kebiasaan memukul-mukul kap atas pintu mobilnya yang akan dinaiki. Bukan kenapa-kenapa.
Baca juga: Masa Kecil Bung Karno, Punya Kekuatan Supranatural tapi Lenyap Setelah Hobi Berpidato
Sebab, kepala BK pernah terbentur pinggiran atas pintu mobilnya. Mulai saat itu pula pengawal selalu diminta BK untuk mengingatkan dengan kata-kata, "Awas pintu, Pak."
Mendengar kata-kata itu, BK selalu menjawab, "Yooooo," sambil memukul kap atas pintu mobilnya terus masuk dan duduk di dalam mobil.
Insiden kecil juga pernah terjadi ketika BK menjemput tamu agung dari luar negeri di lapangan terbang Kemayoran Jakarta, dengan mobil sedan terbuka.
Waktu pintu mobil ditutup dengan keras oleh Sugandhi (ajudan presiden), jari tangan BK terjepit pintu mobil hingga luka berdarah.
Tentu saja sakit sekali. Akan tetapi, untuk menjaga perasaan tamunya, BK tetap tertawa dan melambaikan tangannya kepada rakyat yang mengelu-elukan.
Pernah juga Bung Karno terseret pintu mobil di serambi Istana Merdeka. Mobil baru berhenti setelah polisi pengawal BK berteriak keras, "Stop, stop!", gara-gara mobil buru-buru dimajukan sopirnya.
Sejak kejadian itu, sopir BK selalu harus turun dari mobil ketika BK akan turun dari mobil, dan baru naik ke mobil setelah BK sudah naik.
Bung Karno tidak pernah lupa membawa tongkat kebesaran. Salah satu tongkat komandonya merupakan hadiah dari Presiden Filipina Quirino.
Tongkat itu yang sering dia bawa ke mana-mana dalam acara resmi di Jakarta maupun ke luar kota, ke daerah-daerah, bahkan ke luar negeri.
Belakangan orang bilang, tongkat BK mempunyai kekuatan gaib. Ketika berita burung itu sampai ke telinganya, ia berkata, "Lo, ini 'kan cuma dibuat dari kayu biasa, dan juga dibuat oleh manusia biasa yang doyan nasi juga."
Di mejanya selalu terdapat tumpukan koran atau buku bacaan kalau sedang duduk sendirian. Pagi-pagi surat-surat kabar itu harus sudah ada di mejanya. Para anggota DKP memeriksa, jumlah surat kabar jangan sampai kurang.
Pagi maupun sore hari, ia selalu membaca surat kabar. Bahkan ke kamar kecil pun selalu membaca surat kabar atau majalah.
Bung Karno juga mempunyai kebiasaan khas. Kalau ia duduk di suatu tempat, tidak boleh ada angin dari belakang, tidak boleh ada kipas angin yang dihidupkan di sekitarnya.
Ia juga tidak suka tidur di tempat tidur empuk mentul-mentul. Ia terbiasa tidur di tempat tidur beralas papan dan kasur kapuk.
Pernah suatu hari Bung Kamo berkata kepada Mangil, "Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu harus selalu memegang baju Bapak sebelah belakang. Maka dari itu, kamu supaya selalu membawa sakarin dan korek api. Sungguh pun yang minta api itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang akan merokok, kamu dapat pahala."
Mangilpun selalu membawa korek api, sekalipun ia tidak merokok.
Baca juga: Maksud Hati Ingin Curhat eh Fatmawati Malah Ditembak Bung Karno dengan Pernyataan Cinta
Bung Karno menyukai rokok merek States Express 555. Pernah dalam suatu perjalanan, sehabis makan BK minta rokok "555", tetapi tidak ada yang punya. Ia berkata kepada rombongannya, "Bapak ini merokok sehari hanya dua batang. Tiap-tiap habis makan satu batang. Kok rokok saya satu kaleng yang isinya 50 batang bisa habis satu hari, itu bagaimana?"
Sejak itu, setiap dalam perjalanan, Mangil membawakan rokok Bung Karno supaya selalu utuh, tidak ada yang berani minta rokok padanya, karena Mangil sendiri tidak merokok. Tetapi kalau keluar istana, selain air putih juga Ovaltine yang selalu disediakan oleh Pembantu Inspektur Polisi Sogol, anggota DKP.
BK senang sekali menonton pergelaran wayang kulit di Istana Negara. Dalam suatu pertunjukan wayang, ia kagum akan kepahlawanan dan kepatriotan Gatotkaca.
Pernah suatu pagi, seusai menonton pertunjukan wayang kulit, BK bertanya kepada Sugandhi, "Ndi, lucu tidak banyolannya tadi malam?" Sugandhi menjawab, "Lucu sanget, Pak (lucu sekali, Pak)."
Baca juga: Sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno: Ada Ambisi Soekarno di Dalamnya
"Coba tirukan, apa yang kau anggap lucu," kata BK lagi. Sugandhi tidak dapat menirukan dan dengan terus terang menjawab, "Dalem mboten ningali, Pak (saya tidak nonton, Pak)." Bung Karno hanya tertawa mendengar pengakuan jujur itu.
Bung Karno juga senang menari lenso dalam acara-acara khusus, baik di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana Bogor, atau Istana Cipanas.
Untuk melayani BK santai, dibentuklah kelompok band ABS, Asal Bapak Senang. Semua lagu kesenangan BK dipelajari dengan baik. BK merasa cocok dengan adanya tim kesenian ini.
Pernah pada suatu hari, Bung Karno dan Ibu Hartini mendapat undangan makan di tempat peristirahatan Duta Besar Amerika Serikat Howard Jones di Puncak, Cipanas.
Sehabis makan siang, Bung Karno memanggil saya dan bertanya, "Anak-anak ada atau tidak?" Sayang, tidak ada.
Namun, itu tidak mengalangi Bung Karno menari lenso dengan Ny. Jones, diiringi nyanyian oleh semua anggota polisi pengawal pribadi, sambil menabuh peralatan dapur seadanya untuk memberikan suara dan irama lenso yang dikehendaki BK.
Tanpa alat musik pun, tari lenso berlangsung meriah. Selain BK, juga ikut menari Ibu Hartini, Duta Besar Howard Jones dan nyonya, juga para anggota staf Kedutaan Besar AS.
Seusai acara, alat-alat dapur tadi pada penyok.
Baca juga: Petinggi Uni Soviet: Soekarno Terlalu Suka Berpesta dan Berdansa