Intisari-Online.com - Pada 1930-an, Bung Karno yang kegiatan politiknya dianggap membahayakan Belanda dikirim ke penjara Sukamiskin, Bandung, untuk menjalani hukuman sekitar dua tahun.
Karena kata-katanya bisa mempengaruhi orang untuk memiliki semangat merdeka, Bung Karno ditempatkan tersendiri di ruang isolasi yang sangat sempit dan tanpa toilet.
Tempat tidurnya pun hanya berupa dipan kayu yang keras dan tipis tanpa ruang ventilasi, kecuali jeruji pintu penjara yang terbuat dari baja.
Toilet yang ada hanya berupa kaleng dikasih tutup yang harus dibersihkan sendiri setiap pagi ketika sudah usai digunakan.
Tapi karena Bung Karno dikhawatirkan masih bisa berhubungan dengan para tahanan politik lainnya, ia kemudian dipekerjakan di percetakan yang berlokasi di dalam penjara dekat ruang direktur dengan penjagaan sangat ketat.
Di penjara Sukamiskin yang merupakan tempat tahanan para koruptor dan kasus penggelapan itu, Bung Karno ditahan bersama 900 orang tahanan lainnya dan semuanya diperlakukan seperti hewan ternak.
Jika tiba waktu makan, mereka masuk ke ruang kecil berisi 25 meja kayu yang muat untuk 10 orang.
Bila terdengar suara gong, tahanan yang sedang mendapat jatah makan masuk ke ruang makan sambil membawa piring, sendok, dan cangkir yang terbuat dari alumunium.
Waktu untuk makan hanya enam menit karena setelah itu, giliran tahanan lain yang juga sedang mendapat jatah makan keburu masuk.
Karena terbiasa makan cepat itu maka dalam kehidupan berikutnya setelah keluar dari penjara, Bung Karno tetap terbiasa makan cepat.
Bahkan ketika sudah jadi Presiden RI pun dan sedang mengadakan jamuan makan bersama para tamu negara, Bung Karno tetap makan secara kilat.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR