Situasi itu harus Mario terima selam dua tahun mencari rekan.
“Karena bagi mereka is almost immpossible memperkejakan orang-orang difabel,” kata dia Sampai akhirnya orang pertama yang memandang ide Mario “brilian” adalah Almaz, Co Founder kafe sunyi yang juga teman kuliah Mario.
Sejak tahun 2018 lah mereka mulia berkumpul dengan beberapa Co Founder lain hingga akhirnya ide ini dieksekusi.
Cari pegawai
Proses pencarian pegawai pun dimulai. Mario yang sebelumnya dekat dengan beberapa kenalan atau kelompok penyandang disabilitas mulai membuka lapangan pekerjaan dari mulut ke mulut.
Dia juga membuka lowongan pekerjaan di website pencari kerja khusus penyadang disabilitas.
Hasilnya pun mengejutkan. “Ini yang mengejutkan. Ternyata yang ngelamar sampai seratusan.
Ini yang jadi semangat kami untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka,” ucap Mario.
Namun apa boleh buat, karena kafe sunyi masih tergolong baru maka pihaknya hanya bisa menerima lima sampai enam pegawai saja.
Kriteria yang dicari pun sederhana, yang penting punya semangat kerja.
“Karena bagi mereka kan mendapat pengalaman kerja saja sudah sulit. Sedikit tempat kerja yang mau menerima mereka,” kata dia.
Setelah terkumpul, para karyawan baru pun mengikuti pelatihan membuat kopi, melayani pelanggan dan sebagainya.
Di luar dugaan, ternyata mereka dapat menyerap ilmu dengan cepat. “Mereka benar-benar berbakat,” tambah dia.
Menjadi keluarga
Mario sangat paham jika mereka para penyandang disabilitas perlu ruang untuk diterima dan dianggap seperti orang biasa dilingkungan masyarakat.
Dia tidak mau ada pembeda atau “gap” antara mereka yang normal dan penyandang disabilitas.
Baca Juga: LIPI Bikin Peta Rendaman Skala 1:10.000 Terkait Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa
Apalagi, antara atasan dan bawahan. Maka dari itu, dia berusaha membudayakan beberapa kebiasaan untuk membangun keakraban antara pemilik dan pegawai.
Salah satunya dengan “Pizza Day”, “Setiap hari Kamis ada Pizza Day, jadi para pemilik sama karyawan suka kabur ke belakang makan Pizza bareng, enggak harus Pizza sih, kadang kadang juga martabak,” kata dia.
Tidak hanya keakraban antara pemilik, Mario juga berusaha membangun keakraban antara pelanggan dengan karyawan.
Salah satunya dengan memberikan donat gratis jika ada karyawan yang ulang tahun.
“Contohnya waktu barista kita Andika ulang tahun, tiba–tiba kita kasih donat ke pelanggan. Mereka bilang ‘saya enggak pesan donat’, tapi kita jelasin kalau ini promo karena salah satu barista kita ulang tahun.
Ketika pulang banyak pelanggan yang kasih selamat ke Andika,” jelasnya.
Cita–cita terakhir
Dia sadar betul jika masih banyak kaum disabiitas yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Hal itu dia sadari ketika posisi karyawa Kafe Sunyi dibanjiri ratusan pelamar.
Berdasarkan semangat itu, dia berniat membuka cabang lagi di beberapa daerah, tentu dengan konsep yang sama, mempekerjakan karyawan penyandang disabilitas.
“Karena kafe Sunyi ini masih kecil. Sunyi harus buka lebih banyak lagi, perbesar konsep,” ucap dia.
Ada cita–cita akhir yang ingin digapai Mario beserta para pendiri kafe Sunyi lainya, yakni membangun sebuah museum.
Baca Juga: Jokowi Tandatangani PP 30 tahun 2019, Kini PNS yang Berkinerja Buruk Bisa Dipecat
Museum ini nantinya akan berisi karya – karya tangan para penyandang disabilitas.
Semangat membangun musemum pun sama dengan ketika dia mendirikan Kafe Sunyi.
Dia ingin menunjukan kepada masyarakat luas jika tidak ada alasan untuk mendeskriminasi atau memandang sebelah mata kaum disabilitas.
Mereka berhak diberlakukan sama, mendapat hak yang sama dan dihargai layaknya orang biasa.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mario P Hasudungan Gultom, Pria di Balik Kafe Sunyi yang Pekerjakan Disabilitas"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR