Advertorial
Intisari-Online.com – Kabar duka datang dari salah satu klub sepakbola Liga Inggris, Swansea City.
Mantan bek Swansea City Kevin Austin dilaporkan telah meninggal pada usia 45 setelah setahun melawan kanker pankreas.
Austin yang bermain sebagai bek tengah atau bek kiri, tampil sebanyak 150 kali untuk klub tersebut antara 2004 dan 2008. Ia juga pernah bermain dengan timnas Trinidad & Tobago sebanyak 7 kali.
Beberapa gelar yang pernah dipersembahkan Austin untuk Swansea City antara lain promosi dari League Two pada tahun 2005, juara Liga Satu 2008, dan Trofi Liga Sepak Bola 2006.
Baca Juga : Kotoran Burung Ini Jadi Sumber Pendapatan Terbesar Peru, Sekaligus Pemicu Perang dengan Amerika Serikat
Namun pada tahun 2017, Austin telah didiagnosis menderita kanker pankreas dan menjalani perawatan sejak itu.
Berikut pernyataan resmi Swansea City.
"The Swans (julukan Swansea City) telah menghubungi keluarga Austin dan menyampaikan bahwa klun berduka atas kematiannya.”
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepadanya dan ingin memberi dukungan kepada keluarganya," seperti dilansir dari BBC pada Senin (26/11/2018).
Seperti yang kita tahu, dibanding beberapa jenis kanker yang sudah sering kita dengar, kanker pankreas adalah salah satu jenis kanker yang dianggap langka.
Terhitung, hanya 6% yang tercatat dari seluruh pasien kanker di dunia.
Namun walau begitu, kita tidak boleh menganggapnya enteng. Sebab, kanker pankreas juga salah satu yang paling mematikan.
Karena gejala hampir tidak pernah berkembang dan penyakit ini tidak dapat disembuhkan.
Salah satu penyebab kanker pankreas adalah merokok. Namun menurut data, jumlah perokok telah menurun selama beberapa dekade.
Baca Juga : Setelah Ditembaki, Tiga Kapal Ukraina Ditahan Rusia, Semenanjung Krimea Memanas
Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk menjelaskan penyebab lain dari kanker pankreas.
Diketahui, kanker pankreas ditemukan secara tidak sengaja, biasanya selama pemindaian atau pembedahan karena beberapa alasan lainnya.
Pankreas adalah organ glandular dua bagian kecil, panjang 17 cm dan lebar 3 cm. Letaknya berbaring di perut bagian atas.
Dia mempunyi dua fungsi vital. Yaitu sumber enzim pencernaan dan bagian lain menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang mengontrol kadar glukosa dan asam lemak dalam darah.
Tercatat, beberapa faktor risiko kanker pankreas yang diketahui berada di luar kendali seseorang.
Seperti usia yang lebih tua atau memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita kanker. Tetapi itu adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Selain merokok, yang menyumbang 20 hingga 25%kanker pankreas, risiko utama untuk kasus kanker pankreas obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik.
“Data yang dikumpulkan dalam banyak penelitian jelas menunjukkan hubungannya dengan obesitas," kata Donghui Li, seorang ahli epidemiologi molekuler di Pusat Kanker M.D. Anderson di Houston dilansir darinytimes.com pada Juli 2018.
"Semakin tinggi B.M.I., semakin besar risiko kanker pankreas," katanya dalam sebuah wawancara.
"Obesitas berkontribusi terhadap timbulnya dan berkembangnya kanker ini."
Baca Juga : Tak Punya Kekebalan Komunitas, Suku Sentinel Bisa Punah 'Hanya' karena Tertular Flu
Dr. Li menambahkan, “Distribusi lemak juga memainkan peran. Semakin tinggi rasio pinggang dan pinggul, semakin besar risikonya.”
Ia menemukan bahwa risiko kanker lebih besar pada awal kehidupan seseorang menjadi gemuk.
Obesitas juga merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan diabetes tipe 2, di mana tubuh menolak aksi insulin, mendorong pankreas untuk memproduksi lebih banyak hormon ini.
Insulin meningkatkan pertumbuhan sel, menyediakan hubungan antara diabetes, dan perkembangan kanker pankreas.
Dalam laporan 2011 di Molecular Carcinogenesis, Dr. Li mencatat bahwa “diabetes atau gangguan toleransi glukosa hadir pada 50 hingga 80 persen pasien dengan kanker pankreas.”
Lalu, sebuah penelitian di Eropa terhadap lebih dari 800.000 orang dengan diabetes tipe 2 menemukan bahwa penyakit ini terkadang merupakan tanda awal kanker pankreas yang tersembunyi.
Dalam penelitian di Mayo Clinic, peningkatan kadar glukosa, suatu kondisi yang disebut pra-diabetes, terdeteksi pada beberapa pasien dua tahun sebelum kanker pankreas didiagnosis.
Pada pasien-pasien ini, Dr. Li menjelaskan, diabetes sebenarnya adalah gejala kanker yang tersembunyi.
Ini adalah jenis diabetes yang disebut 3C, yang disebabkan oleh pankreas yang sakit atau rusak, dan peneliti medis sekarang mencari cara bagi dokter untuk dengan mudah membedakan antara diabetes Tipe 3C dan Tipe 2.
Oleh karena itu, Dr. Li mendesak para dokter untuk waspada terhadap kemungkinan kanker ini pada pasien yang baru didiagnosis diabetes, berusia 50 tahun atau lebih, tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga, kehilangan berat badan ,dan diabetes mereka tidak dikendalikan oleh obat-obatan oral. (MentariDP)
Baca Juga : Tak Punya Kekebalan Komunitas, Suku Sentinel Bisa Punah 'Hanya' karena Tertular Flu