(Baca juga: Sejarah Kondom, Salah Satunya Kondom Karet Setebal Ban Dalam Sepeda)
Sejak itu, perusahaan-perusahaan besar berebut ingin menjadi penyalur mi instannya.
Pada Desember 1958, Ando menamai perusahaannya Nissin Foods.
Beberapa bulan kemudian, ia pindah ke sebuah pabrik seluas 20.000 meter persegi. Tahun 1960 ia membuka pabrik kedua, dan tahun berikutnya lahir pabrik baru lagi.
Meski mi instan laris manis, ia tak bosan-bosan bereksperimen untuk terus memperbaiki mutu. Bahkan ada keinginan memperkenalkan dan menjualnya ke luar negeri.
Untuk menjajagi kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa dari Amerika tahun 1966.
Di sana ia melihat orang makan mi dengan garpu, tanpa kuah dan memakai piring. Menyeruput mi dianggap tidak sopan.
Ia juga mengamati ada kaldu yang bisa dilarutkan dengan air panas, tanpa harus dimasak. Ada "gelas" kertas sekali pakai dan kertas aluminium sebagai wadah kedap udara.
Ando pun mendapatkan ilham membuat mi instan dalam wadah berbahan sfyrofoam, yang lantas ditutup rapat dengan lembaran aluminium.
Mi gelas itu tidak perlu dimasak, cukup diseduh. Supaya tidak hancur terkocok-kocok, mi dibuat lebih tebal. Disediakan pula garpu untuk memakannya.
Di puncak keberhasilannya, Ando yang pada tahun 1988 genap berumur 77 tahun, membuka Foodeum di Shinjuku, Tokyo.
Gedung itu disebut pula "Istana Mi", karena mempunyai beberapa restoran mi, tempat disko, dan museum mi. (Sumber: Asal Usul, Seri Bacaan Anak - Intisari)
(Baca juga: Friday the 13th, Kisah 'Horor' saat Tanggal 13 Jatuh pada Hari Jumat. Ini Sejarahnya!)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2002)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR