Advertorial

Ternyata, Mi Instan yang Dicari-cari Orang Banyak Itu Lahir di Emper Rumah

Mentari DP

Editor

Mie Instan merupakan akanan cepat saji dengan jutaan penggemar ini masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an.
Mie Instan merupakan akanan cepat saji dengan jutaan penggemar ini masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an.

Intisari-Online.com – Anda penggemar mi instan?

Jika iya, maka Anda harus berterima kasih kepada Mamofuku Ando.

Sebab berkat kerja keras dan jerih payah pria Jepang kelahiran Taiwan tahun 1911 ini, Anda dan mungkin sebagian besar orang di dunia bisa menikmati kelezatan mi instan.

Makanan cepat saji dengan jutaan penggemar ini masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an.

(Baca juga:Berawal dari Getah Pohon Sampai Bisa Mengurangi Ketegangan, Inilah Sejarah Permen Karet)

(Baca juga:Berikut 5 Kumis Terkenal Sepanjang Sejarah Dunia, Apakah Anda Ada yang Mengenalnya?)

Ditinggal orang tuanya, Ando yang berumur tiga tahun harus membantu neneknya mengurus rumah.

Balita ingusan itu pun mesti menjaga toko. Belum lagi harus mencuci pakaian dan memasak.

Hasilnya positif, ia jadi pintar masak-memasak, tapi sebaIiknya sekolahnya terlantar.

Menjadi pedagang adalah angan-angannya. Harta peninggalan orang tuanya pun digunakan untuk berdagang pakaian rajutan di Taiwan dan Osaka, Jepang. Usahanya terbilang maju.

la pun bisa kembali ke bangku sekolah menyelesaikan pendidikan yang sempat terbengkalai.

Namun kemudian ia dituduh korupsi dalam perdagangan senjata dan onderdil pesawat. Ia lantas dijebloskan ke penjara.

Setelah dua tahun hidup di hotel prodeo, ia pun dibebaskan.

Pada tahun 1956, Amerika Serikat sedang gencar-gencarnya menyumbangkan gandum ke Jepang yang sedang paceklik pangan.

Harga terigu menjadi murah. Pemerintah Jepang pun menganjurkan rakyatnya mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi.

(Baca juga:Academy Award 2018 Digelar, Inilah Sejarah Piala Oscar yang Jadi Idaman Semua Artis!)

Lalu ketika melihat banyak orang melahap mi di dekat Toserba Hankyu di Osaka, pikiran Ando tergugah.

Kenapa tidak membuat mi dari terigu? Bukankah orang Jepang sangat menyukai mi?

Apalagi mi dirasa enak, murah, tahan lama, dan tidak sulit mengolahnya.

Ide liar itu terus bergulir di benaknya. Cuma, ia tidak mau membikin mi biasa yang sudah banyak beredar di pasaran.

Ia ingin membuat mi bentuk lain yang enak, lebih cepat dan mudah diolah, serta gampang didapat di mana-mana.

Ando mulai mewujudkan impiannya dengan membeli mesin pembuat mi dan bereksperimen membuat mi instan di emper belakang rumahnya.

Mula-mula mi digoreng agar lebih awet, gurih, dan cepat diolah. Lalu menimbang-nimbang rasa yang pas untuk kuah itu.

Dipilihnya kuah ayam karena rasanya yang netral. Ando membawa contoh mi instannya ke sebuah toko serba ada. Ternyata semuanya ludes hari itu juga. Waktu itu tahun 1958.

Emper rumahnya tak kuasa menampung pesanan. Ia memindahkan usahanya ke sebuah gudang kosong di Osaka. Di sana Ando membuat mi instan dibantu keluarganya.

(Baca juga:Sejarah Kondom, Salah Satunya Kondom Karet Setebal Ban Dalam Sepeda)

Sejak itu, perusahaan-perusahaan besar berebut ingin menjadi penyalur mi instannya.

Pada Desember 1958, Ando menamai perusahaannya Nissin Foods.

Beberapa bulan kemudian, ia pindah ke sebuah pabrik seluas 20.000 meter persegi. Tahun 1960 ia membuka pabrik kedua, dan tahun berikutnya lahir pabrik baru lagi.

Meski mi instan laris manis, ia tak bosan-bosan bereksperimen untuk terus memperbaiki mutu. Bahkan ada keinginan memperkenalkan dan menjualnya ke luar negeri.

Untuk menjajagi kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa dari Amerika tahun 1966.

Di sana ia melihat orang makan mi dengan garpu, tanpa kuah dan memakai piring. Menyeruput mi dianggap tidak sopan.

Ia juga mengamati ada kaldu yang bisa dilarutkan dengan air panas, tanpa harus dimasak. Ada "gelas" kertas sekali pakai dan kertas aluminium sebagai wadah kedap udara.

Ando pun mendapatkan ilham membuat mi instan dalam wadah berbahan sfyrofoam, yang lantas ditutup rapat dengan lembaran aluminium.

Mi gelas itu tidak perlu dimasak, cukup diseduh. Supaya tidak hancur terkocok-kocok, mi dibuat lebih tebal. Disediakan pula garpu untuk memakannya.

Di puncak keberhasilannya, Ando yang pada tahun 1988 genap berumur 77 tahun, membuka Foodeum di Shinjuku, Tokyo.

Gedung itu disebut pula "Istana Mi", karena mempunyai beberapa restoran mi, tempat disko, dan museum mi. (Sumber: Asal Usul, Seri Bacaan Anak - Intisari)

(Baca juga:Friday the 13th, Kisah 'Horor' saat Tanggal 13 Jatuh pada Hari Jumat. Ini Sejarahnya!)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2002)

Artikel Terkait