Pada waktu-waktu ayah sedang "in the mood" untuk bercengkerama dengan anak-anak di malam hari — yakni di masa remaja saya — seringkali saya menanyakan beliau tentang berbagai "jangan" dan "pamali" nenek.
Antara lain: benarkah bersiul di malam hari akan mendatangkan macan? Saya ingat, ayah memandang ibu sebelum menjawab. Lalu beliau menjelaskan: bersiul di malam hari berisik dan mengganggu keheningan suasana keluarga yang sedang duduk berkumpul.
Ayah lalu tersenyum terhadap ibu. Ibu membalasnya dengan senyuman canggung.
Saya mendapat "hati". Lalu bertanya lagi: Mengapa tidak boleh memotong kuku di malam hari? Jawab ayah: jari-jarimu bisa kena potong. Maklum, cahaya malam hari tidak seterang siang hari. Lagipula pada masa itu belum ada penerangan listrik.
(Baca juga: Demi Istrinya yang Buta Tersenyum Kembali, Selama 2 Tahun Kakek Ini Menyulap Rumahnya Menjadi Taman Bunga)
Mengapa tidak boleh berdiri atau berada di pekarangan rumah di waktu magrib? — Apakah kamu ingin mengumpani nyamuk dengan darahmu? Ayah membalas bertanya.
Waktu magrib, pada saat-saat peralihan antara cahaya terang siang hari dan gelap malam hari, justru waktu mulai meningkatnya operasi kawanan nyamuk yang siangnya hinggap di pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan rindang.
Mengapa tidak boleh memberantakkan potongan-potongan kuku? Tentu saja tidak boleh, tolol! kira-kira sedemikianlah nada jawaban ayah. Lantai menjadi kotor. Saya tidak bernafsu lagi untuk bertanya lebih lanjut mengenai raja naga.
Mungkin ayah menganggap saya telah tiba pada tingkat usia di mana saya dapat menerima tatatertib ("ini boleh, itu tidak boleh") dengan penuh kesadaran dan pengertian.
Kalau seorang bocah, yang masih kecil, dilarang bersiul — misalnya — dan diberitahu alasan yang sebenarnya, mungkin ia akan terdiam sebentar karena terkaget. Tetapi segera ia akan lupa dan bersiul lagi.
Hari naas atau sial?
Semua ini tidak bermaksud memperolok-olok mereka yang masih percaya benar akan pantangan, pertanda-pertanda atau alamat. Sehubungan dengan ini, saya teringat akan kata-kata seorang teman pada beberapa tahun berselang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR