Semasa saya masih bocah, beliau pernah mengajarkan saya, mungkin, 1001 pantangan, yang tentu saja saya tidak ingat semuanya.
(Baca juga: Hi…Bukannya Koleksi Mainan, Bocah Ini Malah Koleksi Hewan Mati yang 'Dihidupakan Kembali' oleh Tangannya Sendiri)
Ada berbagai macam "jangan" yang dipetuahkan nenek kepada saya. Antara lain:
Jangan berdiri atau bermain-main di pekarangan rumah di waktu magrib. Nanti kemasukan setan atau roh jahat gelandangan yang kebetulan lewat, katanya.
Jangan bersiul di malam hari. Nanti didatangi macan. (Hati kecil saya bertanya ragu-ragu: kok di kota ada macan?).
Jangan memotong kuku di malam hari. Jawaban nenek, ketika saya bertanya mengapa, adalah singkat dan pasti: "Pamali!" Nadanya hendak mengatakan: "Awas, kalau kamu bertanya lebih mendalam!"
Jangan berantakkan sisa-sisa kuku bekas potongan. Bisa-bisa dibawa semut nun jauh ke bawah permukaan bumi dan dipersembahkan kepada raja naga yang bersemayam di sana, disertai laporan: "Di dunia tiada manusia lagi. Mati semua. 'Nih, saya membawa kukunya sebagai bukti." Raja naga (kata nenek) lalu menggeliat-liat dan gerakan-gerakan itu akan menggerak-gerakkan bumi sehingga timbul lindu atau gempa.
Jangan langsung tidur sehabis makan. Kepala bisa melar menjadi segede gantang!
Dan sebagainya, dan sebagainya.
Jawaban "pamali" selalu diberikan oleh nenek jika ditanya tentang pantangan-pantangan kurang jelas alasan atau sebabnya.
Saya tidak berani bertanya lebih lanjut, karena seram mendengar hardikan nenek dan melihat matanya yang melotot.
(Baca juga: Berdasar Penemuan Terbaru Nenek Moyang Orang Inggris Diyakini Berkulit Gelap)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR