Tidaklah heran kalau orang melihat bung supir, misalnya, walaupun yang biasanya gemar ngebut, atau pengemudi kendaraan-kendaraan lain, kontan menginjak atau menarik rem sekeras-kerasnya kalau melihat kucing melintang di jalanan!
Dalam hal itu saya sendiri punya pengalaman pribadi. Yakni semasa saya masih seorang remaja, yang seringkalipun suka ngebut dengan sepeda (sepeda biasa, bukan sepeda motor).
Pada suatu petang, selagi asyik meluncurkan sepeda saya di sebuah jalan-kampung yang agak gelap, dua ekor kucing berkelahi di sisi kanan jalanan. Salah seekor di antaranya nampaknya tidak sanggup bertahan dan kabur dengan panik meninggalkan lawannya.
Tanpa menoleh ke kiri-kanan dahulu, langsung ia melesat melintasi jalanan. Tepat pada saat itu, saya tiba di sana. Saya tidak sempat lagi mengerem.
(Baca juga: Dari Teater hingga Hotel Mewah, Inilah 7 Bangunan Mewah yang Ditinggalkan Begitu Saja)
Sang meong tergilas roda depan, terperangkap badannya di antara jari-jari roda, turut berputar ke atas, molos di antara vork roda dan — mengherankan sekali ! — tidak mati atau terluka. la malah terlepas dari perangkap jari-jari dan langsung kabur (tentu dalam keadaan semakin panik) ke seberang!
Saya berdiri bagaikan terpaku di sana selama beberapa detik setelah berhasil menghindarkan bantingan dari sepeda. Hati saya berdenyut gencar dan hebat. Keringat dirigin mulai merembes keluar dari pori-pori.
Bukan saja karena kaget yang tak terhingga, melainkan pula karena teringat akan kepercayaan tentang kucing sial, sebagai yang diuraikan di atas.
Kali ini, kucing itu benar-benar sial, karena beberapa batang jari-jari roda depan sepeda saya agak bengkok dibuatnya.
Namun sampai saya berhenti bersepeda banyak tahun kemudian, tidak pernah saya nabrak orang dengan kendaraan itu.
Macam-macam "jangan" dari nenek
Bicara tentang "orang-orang tua tempo doeloe", saya teringat akan mendiang nenek saya, yang sangat percaya akan alamat-alamat dan pantangan-pantangan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR