Intisari-Online.com – Di luar hiruk pikuk penanganan pascagempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terjadi pada tahun 2006, sebuah pelajaran penting bisa dipetik Rudi, salah seorang korban yang tidak terluka terlalu parah.
Tak hentinya ia bersyukur kepada Tuhan karena masih memberinya keselamatan.
Malam itu, ketika sedang berkonsultasi dengan dokter yang merawatnya pascagempa, dokter mengatakan, "Ada kabar buruk dan kabar baik yang harus kau ketahui."
"Kabar buruknya dulu Dok?" kata Rudi.
(Baca juga: Ingat! Manfaat Optimal Bersepeda Itu Baru akan Didapat Jika Kita Terhindar dari Cedera)
(Baca juga: Ingat, Jangan Gara-gara Facebook Karier Anda Hancur Berantakan)
"Tangan kirimu patah."
"Oh, nggak apa-apa Dok!" ujar Rudi. "Saya 'kan tidak kidal, jadi tidak terlalu sering membutuhkan tangan kiri."
"Benarkah begitu?" sang dokter terheran, "Ketika kamu gosok gigi, tangan mana yang memegang sikat gigi dan tangan mana yang memencet pasta gigi?"
"Ah!"
"Pemah membersihkan gigi pakai benang (dental floss) dengan satu tangan?"
"Tidak."
"Bagaimana kalau kamu keramas, apakah bisa dengan satu tangan? Lantas bagaimana kalau kamu harus mencuci tangan kananmu?"
"Oke. Saya paham apa yang dokter maksud. Kini apa kabar baiknya?"
"Kabar baiknya, hari ini kamu menjadi lebih mengerti hukum keseimbangan dari sebuah sistem. Entah itu tubuhmu, lingkungan sekitarmu, atau sebuah organisasi bisnis.”
“Setiap bagian kecil dari sebuah sistem, meski seolah nampak tidak berarti, adalah penting bagi berfungsinya seluruh sistem."
Ingat perselisihan antaranggota tubuh kita?
Saat itu, tangan dan kaki berkelahi lantaran masing-masing mengaku paling penting dan berguna.
Akhirnya, masing-masing tersadarkan karena di tengah berlangsungnya perseteruan perut melakukan mogok makan sehingga baik tangan dan kaki lemas tak berfungsi. (*/djs – Juli 2006)
(Baca juga: Hati-hati! Tanpa Disadari 50 Hal Kecil Ini Mungkin Sudah Mencuri Kebahagiaan Anda!)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR