Kapal-kapal perang Sekutu dari satuan Force Z dan terdiri dari penjelajah berat HMS Prince of Wales dan HMS Repulse serta 4 destroyer lainnya sebenarnya sudah turun ke medan tempur.
Tapi armada laut Sekutu yang dipimpin oleh Admiral Tom Philip ternyata datang terlambat.
Ratusan pesawat tempur Jepang yang telah berhasil menguasai udara Malaya dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal perang Sekutu yang nahas itu.
Sebelum dilumpuhkan Jepang, armada udara Sekutu di Malaya terdiri dari sejumlah skadron Brewster Buffalo, Bristol Blenheim, Lockheed Hudson, dan Vickers Vildebeest.
Armada pesawat yang sangat penting itu ternyata kurang perawatan dan suku cadang dan pilot-pilotnya kurang menjalani latihan.
Akibat kondisi seperti itu sebagian besar pesawat tempur Sekutu di Malaya berhasil dihancurkan Jepang baik ketika berlangsung pertempuran di darat maupun dogfight di udara.
Selain ditentukan oleh superioritas di udara sukses pendaratan pasukan Jepang di Malaysia juga ditentukan oleh bantuan mata-mata dari perwira AD Inggris, Kapten Patrick Heenan.
(Baca juga: Death March: Long March Maut yang Sebabkan Puluhan Ribu Pasukan Sekutu Tewas di Filipina pada PD II)
Sementara itu pasukan Sekutu yang bermarkas di Penang dan terus dibombardir sejak tanggal 8 Desember juga mengalami nasib yang sama.
Akibat pemboman udara yang dilancarkan pesawat-pesawat yang berpangkalan di Thailand selama satu minggu penuh, pasukan Sekutu yang kian kocar-kacir memilih kabur.
Banyak peralatan tempur Sekutu seperti alat komunikasi, kapal-kapal kecil, senjata, dan lainnya yang masih berfungsi baik jatuh ke tangan pasukan Jepang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR