Dari posisi ini, pasukan Jepang selanjutnya akan bergerak ke arah tenggara sehingga bisa bertemu dengan pasukan Jepang yang telah menguasai pantai Pattani dan Songkhla, Thailand.
Di lokasi yang merupakan perbatasan antara Malaysia dan Thailand itu, pasukan Jepang kemudian akan mendobrak pertahanan Malaysia dari arah barat.
Seperti biasa, operasi pendaratan amfibi pasukan Jepang diawali dengan bombardemen udara secara besar-besaran.
Kawasan yang terlebih dahulu mendapat serangan udara pada pukul 04.00 dini hari adalah Singapura (saat itu Singapura belum memisahkan diri dari Malaya).
Upaya pendaratan amfibi Jepang yang dilancarkan pada waktu pagi hari itu segera memicu pertempuran sengit.
Pasukan Sekutu dari satuan III Corps Indian dan sejumlah batalyon pasukan Inggris berusaha menahan operasi pendaratan yang dilancarkan secara sistematis dan tatktik brilian itu.
Karena kalah pengalaman, taktik, dan persenjataan perlawanan pasukan Sekutu akhirnya kendor dan kawasan Malaya Utara pun berhasil dikuasai Jepang.
Apalagi operasi pendaratan amfibi itu mendapat perlindungan udara yang baik sehingga gerak maju pasukan Jepang sulit dibendung.
Ketika tank-tank dan ribuan pasukan bersepeda Jepang telah mencapai daratan yang landai, kecepatan gerak transportasi tempur itu betul-betul makin mendukung operasi serbuan kilat Jepang.
(Baca juga: ‘Divisi Hantu’, Pasukan Tank Nazi yang Mampu Tawan 100.00 Pasukan Sekutu Tanpa Sempat Disadari Lawan)
Ribuan tentara Jepang yang terkenal kejam dan brutal itu saling berlomba menggenjot sepeda untuk menuju basis pertahanan pasukan Sekutu yang dipertahankan dengan moril tempur yang mulai pudar.
Ditambah dengan hadirnya tank-tank Jepang dari wilayah Thailand, wilayah Kota Bharu pun sepenuhnya berhasil direbut Jepang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR