Pada saat serangan panik terjadi, saraf tubuh sebenarnya mulai tidur. Bila pada orang normal hal ini ditandai dengan rasa mengantuk, pada pasien panik ditandai dengan serangan panik.
Barbara Rothbaum, seorang ahli gangguan kecemasan, punya pendapat lain lagi, "Gangguan ini merupakan interaksi antara kecenderungan genetik dengan pengalaman hidup penderita."
Seperti halnya Basinger, sewaktu kecil memang ia penakut dan pemalu. Ia takut ke sekolah sampai-sampai ibunya pernah minta kepada gurunya agar tidak memanggilnya dalam kelas karena demikian pemalunya anak itu.
Ini menandakan kecenderungan ia sudah berbakat terkena gangguan tersebut.
Banyak penderita panik bersifat introvert (tertutup) atau sulit mengeluarkan isi hati. Lagi pula gangguan ini akan sangat mengganggu rutinitas sehari-hari.
Penderita membolos kuliah, mernbolos kerja, sulit bergaul, dll. Hubungan interpersonal pun sering terganggu.
Suami atau istri acap kali kehabisan kesabaran melihat perilaku pasangannya yang tidak wajar. Persoalan semakin runyam bila penderita mulai mempunyai ketergantungan terhadap minuman keras dan obat-obatan.
Berbagai penyebab memang masih merupakan tanda tanya, tetapi pengobatan ditambah terapi secara rutin sangat efektif pada 70-90% penderita.
Obat-obatan anti-depresan seperti Prozac, Paxil, Zoloft, dan Luvox dapat menghilangkan kecemasan. Tetapi tentu harus sesuai petunjuk dokter dan diminum secara rutin.
Hasilnya tidak akan terlihat seketika. Obat penenang dalam batas tertentu dapat pula menolong.
Menurut Irmansyah, ada tiga golongan obat yang digunakan untuk terapi gangguan panik, yakni golongan antidepresan trisiklik (TCA), monoamin oksidase inhibitor (MAOI), dan golongan benzodiazepin.
Golongan TCA yang sering digunakan adalah imipramin dengan dosis 150 - 300 mg/hari. Dengan obat ini perbaikan yang diharapkan tercapai setelah 4 -6 minggu.
Yang paling sering digunakan adalah phenelzin yang kadang kala dikombinasi dengan imipramin. Untuk menghindari ketergantungan, penggunaan obat-obatan ini harus diawasi dokter.
Terapi kejiwaan yang mengarah ke perilaku kognitif juga dapat membantu mencegah proses pemikiran ke arah serangan panik. Terapi lain, dengan latihan menghadapi kenyataan.
Latihannya a.l. melalui layar televisi/komputer penderita diajak mengalami simulasi pengalaman nyata yang ditakutinya, seperti mengendarai mobil, menerbangkan pesawat, atau mendaki gunung tinggi.
Menurut para peneliti, latihan-latihan semacam itu sedikit demi sedikit membantu menghilangkan rasa takut penderita.
Di samping itu, gizi yang baik serta olahraga yang cukup juga akan membantu. Dianjurkan agar penderita menghindari minuman merangsang seperti kopi, teh, coklat, cola, dan minuman berkafein lain.
Gula, garam, susu, daging merah, daging ayam, serta makanan berkarbohidrat atau berkadar lemak tinggi hendaknya dikurangi.
Latihan relaksasi merupakan salah satu cara menghilangkan ketegangan, antara lain dengan latihan peregangan.
Ternyata, menurut dr. Nugroho, menggeliat dan menguap itu selain amat efektif, aman, dan alami, khasiatnya bisa langsung terasa. Selanjutnya, latihan menarik napas dalam-dalam.
Terapi kelompok juga bisa dicoba melalui pertemuan dengan sesama penderita. Dengan saling berbagi pengalaman, akan tumbuh rasa percaya diri di antara mereka serta membangkitkan keyakinan bahwa ia tidak sendirian.
Untuk agorafobia latihan mengenal lingkungan secara bertahap juga bisa diusahakan. Misalnya berkebun di kebun halaman rumah sambil melihat-lihat keramaian, berjalan-jalan di sekitar rumah saat cuaca cerah, berbelanja di warung terdekat.
Gangguan yang tidak segera ditanggulangi akan semakin memerosotkan kepercayaan diri penderita. la akan menjadi pemurung serta menjauhkan diri dari pergaulan.
Akan lebih sulit lagi kalau ia sudah mengalami depresi, adakalanya sampai kehilangan kepercayaan kepada dokter.
Bagi penderita melakukan terapi secara teratur, berusaha untuk kembali ke kehidupan semula, tidur dan bangun secara teratur sambil mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan kunci menuju kesembuhan.
Gangguan panik maupun agorafobia dikatakan sembuh bila selama enam bulan terakhir tidak lagi dijumpai serangan panik ataupun serangan pahik terbatas.
Telitilah bila salah satu anggota keluarga Anda menunjukkan gejala di atas. Ajaklah ia ke psikiater atau psikolog agar segera dapat ditolong. (Dari pelbagai sumber/Nn)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1999)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR