Intisari-Online.com -Di zaman Kesultanan Turki Utsmani pendidikan berkembang dengan pesat.
Tokoh pembaharu pada abad ke-18 yang mendirikan sekolah Maktebi Maarif dan Maktebi Ulumi Edibiyet dan sekolah kedokteran, militer, dan teknik adalah Sultan Mahmud II.
Dia adalah tokoh pembaharu Turki Usmani.
Sultan Mahmud II adalah sultan ke-30 yang memimpin Kesultanan Utsmaniyah sejak 1808-1839.
Dia dikenal sebagai sosok pembaru yang melakukan reformasi di pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah dalam bidang administrasi, militer, dan ekonomi.
Reformasi yang dilakukan Sultan Mahmud II berhasil menghilangkan berbagai kebijakan konservatif yang kerap menjadi hambatan para Sultan Ottoman.
Keberhasilannya ditandai dengan adanya perubahan politik dan sosial kesultanan, yang pada akhirnya mengarah pada lahirnya Republik Turki Modern.
Selain itu, Sultan Mahmud II dikenal sebagai peniru Barat yang membuat Kekaisaran Ottoman akhirnya membuka diri terhadap modernisasi.
Berkat keberhasilannya dalam mereformasi pemerintahan Ottoman, dia kerap disebut sebagai "Peter Agung dari Turki".
Awal kehidupan
Sultan Mahmud II lahir di Konstantinopel, Kekaisaran Ottoman, pada 20 Juli 1785.
Dia merupakan putra bungsu dari Sultan Ottoman ke-27, Abdul Hamid I, dan istrinya, Naksidil Sultan.
Pada 1808, ketika Mahmud II berusia sekitar 23 tahun, terjadi sebuah konflik di dalam istana, di mana saudara tirinya, yakni Mustafa IV, membuat rencana eksekusi untuk sepupunya, Sultan Selim III.
Pemimpin pemberontakan adalah Alemdar Mustafa Pasha, yang kemudian menjadi menteri Mahmud II.
Dalam peristiwa ini, Selim III wafat, sementara Mahmud II disembunyikan oleh ibunya agar tidak menjadi korban selanjutnya.
Tidak lama kemudian, Mustafa IV berhasil digulingkan dan Sultan Mahmud II diangkat menjadi khalifah pada 1808.
Masa kepemimpinan
Pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud II, Turki dan Rusia masih berperang.
Barulah pada tahun ketiganya, konflik dengan Rusia di perbatasan wilayah Utsmaniyah mulai berkurang.
Hal ini karena saat itu, Napoleon I dari Perancis menyatakan perang terhadap Rusia dan memulai invasinya terhadap negara tersebut.
Dalam invasinya, Napoleon turut mengundang Mahmud II untuk bekerja sama dengannya.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh Mahmud II karena Napoleon, yang saat itu sudah menguasai seluruh Eropa kecuali Inggris dan Kekaisaran Ottoman, dianggap tidak bisa dipercaya.
Akibatnya, sempat terjadi selisih paham antara Napoleon dengan Mahmud II, yang kemudian diakhiri dengan Perjanjian Bukares pada 1812.
Lewat perjanjian ini, Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan sebagian timur Moldavia, yang kemudian nama daerahnya diganti menjadi Bessarabia di Moldova.
Hilangnya wilayah kekaisaran
Meski Sultan Mahmud II dikenal sebagai tokoh pembaru yang luar biasa, tetapi pada masa pemerintahannya juga terjadi pergolakan.
Salah satunya adalah pemberontakan di Serbia dan Yunani, yang saat itu dikuasai Ottoman.
Peristiwa ini menyebabkan hilangnya sebagian wilayah kekaisaran, menyusul munculnya negara Yunani yang merdeka.
Setelah perang kemerdekaan Yunani berakhir, terjadi Pertempuran Erzurum pada 1821, yang merupakan bagian dari Perang Utsmaniyah-Persia.
Dalam pertempuran ini, kekuatan Sultan Mahmud II berhasil digugurkan oleh Abbas Mirza, komandan militer dari Persia.
Beberapa tahun setelahnya, yakni pada 1827, angkatan laut gabungan Inggris, Perancis dan Rusia, mengalahkan kekuatan angkatan laut Utsmaniyah dalam Pertempuran Navarino.
Pembaruan Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II dikenal sebagai sosok pembaru yang melakukan reformasi di berbagai bidang pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah.
Di bidang hukum, dia menutup Pengadilan Penyitaan dan mengambil sebagian besar kewenangan seorang Pasha (pejabat tinggi), yang sering kali disalahgunakan.
Pada masanya, situasi keuangan kekaisaran begitu meresahkan dan kelas sosial tertentu telah lama berada di bawah tekanan pajak yang berat akibat adanya praktik korupsi para pejabat pemerintahan.
Bahkan, sistem pemungutan pajak dijadikan sebagai mesin tirani bagi sebagian pejabat.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Mahmud II melakukan reformasi birokrasi secara besar-besaran untuk menegakkan kembali otoritas kerajaan dan meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahannya.
Hal ini dicapai dengan beberapa langkah besar, menghapus cara penarikan pajak yang lama dan membubarkan beberapa institusi yang rawan penyelewengan, dan menaikkan gaji sebagai upaya untuk mengakhiri penyuapan.
Pada 1838, Sultan Mahmud II mendirikan dua lembaga yang bertujuan untuk melatih pejabat pemerintah.
Reformasi juga ditandai dengan dimulainya modernisasi di Turki, dengan melonggarkan beberapa kebijakan yang konservatif.
Hal ini dapat dilihat dari gaya berpakaian kekaisaran, arsitektur, undang-undang, dan organisasi kelembagaan.
Di bidang militer, Sultan Mahmud II juga memperkuat angkatan militer kesultanan, terutama karena Kesultanan Utsmaniyah memang berperang dengan beberapa negara di Eropa.
Pada 1831, Sultan Mahmud II diketahui mengeluarkan surat kabar pertama yang diterbitkan dalam bahasa Turki-Ottoman dan wajib dibaca oleh semua pegawai negeri di negaranya.
Wafat
Sultan Mahmud II wafat akibat penyakit TBC pada 1839.
Pemakamannya ramai didatangi oleh banyak orang, yang ingin mengucapkan selamat tinggal pada tokoh reformasi dan pembaru Kesultanan Utsmaniyah ini.
Sepeninggal Sultan Mahmud II, takhta Kesultanan Utsmaniyah jatuh ke tangan putranya, Abdulmejid I.
Pemikiran dan pokok-pokok pembaruan yang dilakukan Sultan Mahmud II terus dipegang oleh penguasa setelahnya, hingga akhirnya mengarah pada lahirnya Republik Turki Modern.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News