Bukan Dari Kutub Utara Tapi Dari Turki, Inilah Sejarah Sinterklas, Di Jerman Diidentikkan Dengan Dewa Odin

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Inilah sejarah Sinterklas yang ternyata berasal dari Turki. Di Jerman, dia dikaitkan dengan Dewa Odin.
Inilah sejarah Sinterklas yang ternyata berasal dari Turki. Di Jerman, dia dikaitkan dengan Dewa Odin.

Intisari-Online.com -Orang-orang mengira Sinterklas alias Santa Claus berasal dari Kutub Utara dengan kereta saljunya.

Bukan, Sinterklas bukan dari sana, tapi dari Myria, Turki, sekitar abad 3 Masehi.

Beginilah sejarah Sinterklas di mana orang Jerman mengidentikkannya dengan Dewa Odin.

Sebentar lagi Hari Raya Natal tiba.

Salah satu yang identik dengan Natal ya, apalagi, kalau bukan Sainterklas atau Santa Claus.

Saat Natal, banyak yang memakai kostum dan berdandan sepertiSinterklas, dengan badan yang cukup berisi, jenggot putih panjang, dan mengenakan pakaian berwarna merah putih.

Sinterklas dikenal sebagai sosok yang akan hadir ketika Natal tiba dan secara sembunyi-sembunyi menaruh sebuah hadiah dari satu rumah ke rumah lain.

Sebagian besar orangmengenal Sinterklas berasal dari Kutub Utara dan menaiki sebuah kereta salju terbang yang dibawa oleh rusa saat malam Natal tiba.

Tapi nyatanya asal-usul Sinterklas tidak dari situ.

Dia dipercaya merupakan seorang biarawan bernama St. Nicholas yang berasal dari Myria, Turki, sekitar 280 M.

St. Nicholas kecil dikenal sebagai anak yang religius.

Dia mengabdikan dirinya secara utuh sebagai umat Kristen.

Di Eropa, tepatnya Belanda, Belgia, Austria, dan Jerman, ia digambarkan sebagai uskup yang berjanggut dengan mengenakan jubah resmi.

Ketika masih hidup St. Nicholas memberikan seluruh kekayaannya dengan melakukan perjalanan ke pedesaan membantu orang-orang yang sakit dan miskin.

Pemberiannya inilah yang kemudian dianggap sebagai hadiah bagi orang-orang sakit dan miskin yang telah dibantu oleh St. Nicholas.

Berkat kebaikannya itu, St. Nicholas sering dijadikan rujukan oleh orang banyak sebagai Santo Pelindung, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan.

Terlebih, menurut legenda yang tersiar, ia pernah menyelamatkan tiga anak perempuan dari kemiskinan dengan memberikan mereka uang yang disembunyikan di sepatu mereka.

St. Nicholas wafat pada 343 M, yang kemudian diabadikan sebagai Santo Pelindung.

Beberapa abad setelahnya, legenda mengenai St. Nicholas pun terus berkembang hingga menjadi tokoh Sinterklas seperti yang diketahui khalayak ramai.

Sekitar abad 9, orang-orang Belanda mulai mengadopsi tokoh Sinterklas yang dianggap penyalur hadiah bagi anak-anak berkepribadian baik.

Kemudian abad 17, Sinterklas mulai dikenal di Amerika Serikat.

Orang-orang Jerman punya cerita sendiri terkait asal-usul Sinterklas, di mana bagi rakyat Jerman Sinterklas adalah seorang dewa bernama Odin.

Dewa Odin digambarkan sebagai sosok dengan raut wajah cukup tua dan jenggot putih yang panjang.

Menurut cerita rakyat Jerman, setiap tahun pada masa perayaan Yule (festival musim dingin), dilakukan pesta perburuan yang dibimbing oleh para dewa dan prajurit.

Setiap anak akan menaruh sepatunya yang diisi wortel, jerami, atau gula di dekat cerobong asap untuk kuda terbang milik Dewa Odin agar kuda itu memakannya.

Sebagai penggantinya, Dewa Odin akan mengisi sepatu-sepatu itu dengan makanan, hadiah, atau permen.

Sampai sekarang, praktik ini masih terjadi di Jerman, Belgia, dan Belanda yang kemudian digabungkan dengan perayaan St. Nicholas.

Disebutkan bahwa anak-anak masih mengisi sepatu di cerobong asap setiap malam musim dingin dengan harapan Dewa Odin atau St. Nicholas akan mengisi sepatu itu dengan hadiah atau makanan.

Lebih lanjut, praktik ini kemudian berkembang di Amerika Serikat yang berevolusi menjadi menggantung kaus kaki atau kaus kaki natal di dekat cerobong asap.

Kisah inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai asal muasal tradisi menggantung kaus kaki setiap perayaan Natal.

Meskipun St. Nicholas wafat pada 6 Desember, tetapi Sinterklas tetap identik dengan Natal yang digabungkan dengan kelahiran Yesus Kristus pada 25 Desember.

Sinterklas dianggap penting dalam Natal karena ia memiliki sifat murah hati yang selalu bersedia membantu siapa saja yang membutuhkan.

Sinterklas kerap menyebarkan pesan baik, sehingga selalu dilibatkan dalam perayaan Natal.

Pada dasarnya, maksud dari keterlibatan Sinterklas dalam Natal adalah untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa mereka harus menyebarkan semangat serta bermurah hati kepada siapa saja untuk mendapatkan suka cita.

Begitulah sejarah Sinterklas yang ternyata bukan dari Kutub Utara melainkan dari Turki abad 3 Masehi.

Artikel Terkait