Korsel dan Jepang juga sudah memesan jet tempur siluman berteknologi paling canggih buatan AS, F-35 Lighning II, yang jumlahnya ratusan unit dan harga setiap unitnya sekitar 85 juta dolar AS.
Dari nilai penjualan persenjataan antirudal Patriot PAC-2 dan jet tempur F-35, pemerintah AS jelas sudah mendapat income yang sangat besar.
Nilai jual itu belum termasuk persenjataan canggih lainnya yang telah dibeli Korsel dan Jepang dari AS sejak tahun 2011 seperti radar, tank lapis baja, kapal perang, dan sebagainya.
Ketegangan di Semenanjung Korea memang telah memberikan keuntungan yang luar biasa bagi AS karena sebagai pedagang mesin-mesin perang terbesar di dunia, AS memang membutuhkan pembeli potensial, terutama negara-negara sekutu AS yang sedang terancam serangan militer dari negara lain.
Ironisnya, jika tidak ada koflik, AS akan berusaha menciptakannya demi melancarkan penjualan mesin-mesin perang produksinya.
Kebetulan Presiden Trump juga seorang pebisnis ulung, maka mejadi tidak aneh jika ada konlik yang terkait dengan kepentingan AS, konlik itu langsung dijadikan ajang bisnis untuk menjual persenjataan.
(Baca juga: Ancaman AS untuk Hancurkan Korut Bukan Gertak Sambal, karena Pernah Dilakukan saat Perang Korea)
Maka menjadi tidak salah jika Kim Jong Un dalam sekian episode perang mulutnya kemudian menjuluki Presiden Trump sebagai presiden yang sengaja “memanfaatkan perang demi bisnis (senjata) dan berusaha mencegah terciptanya perdamaian”.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR