Intisari-Online.com - Di tengah hubungan Korsel dan Korut yang masih memanas rakyat Korsel ternyata sukses menyelenggarakan pemilu untuk memilih presiden baru.
(Baca juga: Korea Selatan Lantik Presiden Baru yang Pandangannya Berbeda 180 Derajat dari Kim Jong Un)
Sebenarnya Korut sengaja “tidak mengganggu” pemilu di Korsel karena salah satu calonnya adalah Moon Jae-in dikenal berpikiran liberal.
Moon Jae –in ternyata berhasil memenangkan pemilu dan menjadi Presiden Korsel yang ke-12.
Jika Korut atau bahkan dunia internasional memiliki banyak harapan terhadap Moon Jae-in sebenarnya sangat tepat.
(Baca juga: Meski Berkualitas Istimewa, Jalan Raya di Korea Utara Bukan untuk Transportasi Darat Melainkan Udara, lho kok Bisa?)
Masa kecil Moon diwarnai kehidupan yang sulit karena keluarganya terpaksa tinggal di pengungsian akibat Perang Korea.
Semasa mahasiswa, Moon sudah memberikan perhatian yang besar kepada Korsel yang saat itu dipimpin secara otoriter oleh Park Chung hee.
Park Chung hee adalah ayah dari Park Geun hye, mantan Presiden Korsel yang diturunkan rakyatnya melaui impeachment dan sebentar lagi digantikan Moon.
Sebagai sosok yang selama ini berkiprah di bidang hak-hak asasi manusia (human right) dan sekaligus memimpin partasi oposisi, Moon jelas tidak menyukai peperangan.
(Baca juga: China Mengkhawatirkan Uji Coba Nuklir Korea Utara Karena Dianggap Bisa Memicu Letusan Gunung di Wilayahnya)
Ia bahkan merupakan tokoh yang selalu menyerukan reunifikasi antara dua Korea sehingga perseteruan antardua saudara yang berlarut-larut itu bisa diakhiri.
Yang jelas bisa dipastikan kepemimpinan Korsel di bawah Presiden Moon Jae-in bak angin segar yang secara drastis akan menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Perseteruan antara dua Korea pun memiliki peluang besar untuk diselesaikan secara damai.