Namun operasi CIA menggunakan predator ternyata berefek buruk hingga mengundang kecaman internasional karena banyaknya warga sipil yang turut menjadi korban.
Kecaman bahkan muncul dari dalam negeri, lembaga yang selama ini pro militer yaitu Center for New American Security (CNAS). Lembaga ini mengkritik kebijakan administrasi Obama yang dilukiskan “sama sekali tak menggubris korban sipil” demi terbunuhnya para tokoh Al-Qaeda.
Singkat kata pemakaian sejumlah predator di sejumlah medan perang telah dimanfaatkan oleh oposisi AS untuk menyerang kebijakan Obama.
Selama CIA mengoperasikan UAV di Afganistan hingga 2009, setidaknya lebih dari 600 penduduk sipil telah menjadi korban dan puluhan di antaranya adalah warga Pakistan.
Sementara petinggi Al-Qaeda yang berhasil dihabisi dengan Predator baru sembilan orang dari jumlah totl tokoh Al-Qaeda yang terus diburu sebanyak 20 orang.
Sedangkn jumlah total pengikut Al-Qaeda yang berhasil dibunuh menurut versi Pentagon sudah lebih dari 3.000 orang.
Salah satu taktik CIA bisa mendapatkan sasaran yang akurat adalah bekerja sama dengan agen rahasia Pakistan.
Agen Pakistan yang dibayar CIA itu bertugas menaruh chip pemandu Predator di rumah atau lingkungan tokoh Al-Qaeda yang sedang diburu.
Namun para agen Pakistan yang bekerja demi uang itu kadang tidak memperdulikan lingkungan tempat tinggal tokoh Al-Qaeda yang sedang diincar.
Jika lingkungan sekitar target yang jadi sasaran merupakan perumahan padat penduduk, warga yang sebenarnya tidak suka berperang itu akhirnya turut jadi korban.
(Baca juga: Sofyan Tsauri, Eks Anggota Al-Qaeda yang Mengaku Pernah Sengaja Ditabrak Anggota Densus 88 di Pasar Rebo)
Di sisi lain, banyaknya warga sipil yang menjadi korban Predator membuat sanak-saudara marah dan kemudian bertekad melakukan balas dendam.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR