Bahan-bahan Mahmillub Nyono dicapnya sebagai pemalsuan yang bodoh, sehingga kesimpulan mereka mengenai Orde Baru adalah sbb.: “It is hard not to feel that, if so little talent is displayed in handling such an elementary problem in prevarication, there can be small hope that the problem-solvers of the new regime will be able to deal effec lively with such larger fictions as the Indonesian economy".
(Jika melakukan pembohongan yang sederhana seperti itu saja tidak becus, apakah para pemimpin (pemecah masalah) pemerintahan baru akan mampu menanggulangi masalah-masalah yang lebih tinggi seperti masalah ekonomi Indonesia? Sukar bagi kami untuk tidak berpikiran demikian).
Dan itulah kalimat terakhir dari Anderson-McVey paper. Suatu hal yang kiranya patut diperhatikan oleh Sri Sultan serta pembantu-pembantunya!
Paper yang dirahasiakan oleh para pengarangnya itu dikirimkan kepada beberapa temannya di negeri-negeri Barat, yang kemudian memakai materinya untuk artikel-artikel di pelbagai majalah.
Tidak mengherankan, karena di dalam “kata pengantar" paper itu antara lain terdapat kalimat “This copy therefore, is for our eyes only. The material in it is common property; feel free to use it as you wish in publication, but please do not refer in any way to this document".
(Maka eksemplar ini hanyalah boleh dibaca oleh Tuan saja. Bahan di dalamnya adalah milik umum; silakan mempergunakannya di dalam penerbitan jika Tuan kehendaki, tetapi janganlah sekali-sekali menyebutkan dokumen ini sebagai sumbernya).
Dengan pepatah Indonesia: “Lempar batu sembunyi tangan”.
Selanjutnya sudah cukup ditulis di dalam pers Indonesia mengenai karya-karya yang memakai materi dari paper tersebut, sehingga tidak perlu diulangi di sini.
Namun, kiranya perlu disebutkan nama satu orang sarjana lagi yagn menulis mengenai “G-30-S” dengan nada paper yang judul resminya A Preliminary Analysis of The October 1, 1965 Coup in Indonesia tersebut, yakni Profesor WF Wertheim.
Profesor Wertheim perlu disebutkan, karena di Indonesia terkenal sebagai ahli tentang Indonesia.
(Baca juga: Soal Film Gerakan 30 September, Ini Permintaan Presiden Jokowi)
Mengenai “G-30-S", Wertheim telah menulis serangkaian artikel di majalah De Groene Am sterdammer, dengan judul-judul Indonesia Houdt Rechts, Bloed Zonder Tranen, de Dood Van De Communisten, Klassenstrijd Op Het Kapmes, dan sebuah artikel di dalam majalah Pacific Affairs, XXXIX, 1 + 2, Spring Summer, 1966 dengan judul Indonesia Before and After the Untung Coup.
Purnakata
Demikianlah telah disajikan sekadar gambaran umum mengenai ulasan-ulasan di negeri-negeri Barat. Tidak semuanya dimasukkan, melainkan hanya beberapa “sample” atau contoh yang dianggap penting.
Menghadapi ulasan-upasan yang negatif seperti yang diuraikan pada bagian akhir di atas, ada yang berpendapat, “Peduli amat, anjing menggonggong kafilah lalu!”
Namun, bagi keamanan nasional, kiranya soal-soal yang kecil pun tidak boleh diabaikan dan harus memperoleh perhatian yang wajar.
Sejarah mengajarkan, bahwa hal-hal kecil mungkin menimbulkan hal-hal yang besar. Inilah yang kiranya perlu kita renungkan pada ulang tahun kedua hari dua 1 Oktober 1965.
(Drs. Nugroho Notosusanto, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV. Artikel pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1967)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR