Karangan-karangan ahli yang lain, yang sukar dikualifikasi positif atau negatif adalah misalnya saja karangan Dr. Donald Hindley di dalam Journal of Asian Science, Februari 1967, yang berjudul Political Power and the October 1965 Coup in Indonesia.
Pengarangnya adalah serang Associate Professor pada Brandeis University, berkebangsaan Inggris dan terkenal karena bukunya The Communist Party of Indonesia, 1951-1963 (1964, cet. II, 1966).
Justru karena pengetahuannya yang mendalam mengenai PKI-Aidit, pengarang ini bersikap sangat hati-hati di dalam artikelnya tersebut di atas.
Titik berat diletakkan kepada persoalan, mengapa PKI begitu mudah dapat dihancurkan, tanpa menjawab pertanyaan, apakah PKI terlibat langsung di dalam “G-30-PKI" itu.
Pada dewasa ini Hindley berada di Indonesia untuk mempelajari Orde Baru. Kita nantikan analisanya lebih lanjut.
Sebuah karangan lain, yang bersifat sumir dan menitikberatkan aspek internasional daripada peristiwa “G-30-S” adalah karangan Uri Ra’anan, The Coup that Failed: A Background Analysis dalam Problems of Coomunism, Maret/April 1966.
Ra’anan melihat “G-30-S” dalam hubungannya dengan gerakan komunis internasional, khususnya Uni Soviet dan RRC.
Ulasan-ulasan yang negatif
Di antara beberapa ulasan ahli yang negatif tentang “G-30-S", yang paling penting dan pasti harus disebutkan adalah apa yang di Indonesia kini dikenal dengan nama Cornell Paper, meskipun harus disebutkan, bahwa Direktur Modern Indonesia Project Cornell University, Profesor Kahin telah menyatakan, bahwa paper itu bukan paper resmi lembaga tersebut; melainkan paper pribadi orang anggotanya, yakni Dr. Benedict R.O’G. Anderson, seorang sarjana Irlandia/Inggris dan Dr Ruth T. McVey, sarjana Amerika Serikat yang terkenal karena bukunya The Rise of Indonesian Communism (1965).
Dalil daripada “paper" yang tebalnya 162 halaman itu terdapat pada halaman 63 yang berbunyi “The October 1st Coup was essentially an internal Army affair, stemming from a small clique in the Diponegoro Division, which attempted to use both Soekarno and the PKI leadership for its own ends, and succeeded merely in irremedially damaging the moral and political authority of the one, and causing the physical destruction of the other".
(Kup 1 Oktober pada pokoknya adalah persoalan intern Angkatan Darat, yang bersumber pada suatu klik kecil dalam lingkungan Divisi Diponegoro, dan yang mencoba menggunakan Soekarno maupun pimpinan PKI untuk mencapai maksudnya sendiri. Dan kup itu hanyalah berakibat merusakkan kewibawaan moril dan politik daripada Soekarno secara yang tak dapat dipulihkan kembali, serta menyebabkan kehancuran fisik PKI).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR