Penulis
Intisari-Online.com – Olahraga seperti obat. Dalam dosis yang tepat bermanfaat bagi tubuh.
Namun jika berlebihan, justru merusaknya.
Sayang, tidak semua orang bisa mengetahui, olahraga yang dilakukannya termasuk berlebihan atau tidak.
Padahal cara untuk mengetahuinya simpel saja.
Baca Juga : Sering Berolahraga Tapi Tubuh Malah Mudah Lelah? Bisa Jadi Olahraga Anda Sudah Berlebihan, Ini Bahayanya
Simak tulisan K. Tatik Wardayati, Rajin Berolahraga Belum Tentu Sehat, seperti yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2015.
Seorang eksekutif muda di Jakarta, punya motto “tiada hari tanpa olahraga”. Tidak peduli pagi, siang ataupun malam.
Olahraga yang digelutinya pun beragam dari lari, tenis meja, squash, berenang, bersepeda, sampai sepak bola.
Sehari saja tak berolahraga eksekutif muda itu mengaku gelisah dan susah berkonsentrasi.
Alih-alih badannya bugar setelah berolahraga, eksekutif muda itu justru suka mengantuk, cepat lelah, mudah sakit, dan produktivitas kerja menurun.
“Olahraga mulai dikatakan berlebihan jika intensitasnya sudah melampaui batas kemampuan yang berangkutan,” jelas dr. Michael Triangto, Sp,KO., dari Klinik Slim and Healthy Sport Therapy.
Olahraga berlebihan berbeda dengan overtraining. Overtraining hanya terjadi pada atlet atau seseorang yang melakukan latihan secara teratur, meningkat, berkesinambungan, dan terprogram selama jangka panjang.
Overtraining disebabkan oleh akumulasi kelelahan fisik dan mental. Kelelahan fisik terjadi akibat beban latihan yang berat, sementara kelelahan mental karena tekanan psikologis.
Baca Juga : Ingin Mengencangkan Kaki dalam 15 Menit, Yuk Coba 5 Olahraga Ini!
Beban mental pada atlet biasanya muncul karena tuntutan untuk berprestasi yang sangat besar.
Namun, bisa juga karena hal lain seperti masalah keluarga, sekolah, pekerjaan, hubungan dengan pelatih, dll.
Gejala overtraining umumnya terdeteksi oleh pelatif dan grafik performa si atlet selama jangka waktu tertentu.
Maklum, dalam setiap latihan, atlet pasti diminta untuk mengukur denyut jantung, nadi, dan berat badan secara teratur/setiap hari.
Jika dalam satu hari ada perubahan terhadap catatan tersebut (overtraining) dan tidak segera diatasi, atlet yang bersangkutan bisa jatuh sakit.
Berdasarkan catatan tersebut pula maka atlet dan pelatihnya bisa mengetahui kapan harus menurunkan intensitas latihan.
Bahkan si atlet sendiri harus tahu kapan dirinya mengalami overtraining.
Baca Juga : Bagi Lansia, Berapa Lama Idealnya Berolahraga Setiap Harinya?
“Tapi ini jangan sampai dijadikan alasan untuk tidak mau lathan,” Michael menjelaskan.
Bagaimana dengan orang awam? Setali tiga uang, orang awam pun bisa mengalaminya.
Namun, sebutannya bukan overtraining melainkan latihan berlebihan.
Kasusnya bisa terjadi kapan saja dan terkadang kita tidak menyadarinya. Oleh sebab itu, karena tidak ada pelatih yang mengawasi saat berolahraga, kita mesti mawas diri dengan kondisi fisik.
Misalnya, aktivitas kerja kita sehari-hari ada di depan komputer. Suatu hari kita mengikuti family gathering.
Pada acarat ersebut kita mengikuti lomba balap karung, lomba bakiak, dan voli pantai.
Baca Juga : Inilah Makanan yang Harus Dikonsumsi Setelah Olahraga Lari, Simpel Kok
Setelah itu badan kita terasa sakit, pegal-pegal, dan bawaannya mengantuk. “Nah, ini bisa dikatakan kita telah melakukan latihan yang berlebihan,” kata Michael.
Demikian pula yang tiap hari berolahraga.
Jika suatu saat setelah berolahraga produktivitas kerjanya menurun, merasa cepat lelah, memiliki masalah kesehatan, lebih cepat mengantuk, dan lebih cepat capek, itu tandanya orang tersebut mengalami kelebihan latihan.
Hal ini mesti diwaspadai. Pasalnya, tidak hanya membuat badan sakit, latihan berlebih juga rentan melahirkan cedera.
Tetapkan tujuan berolahraga
Dalam berolahraga kita mesti menetapkan tujuan. “Mau sehat, mau menang, atau mau sekadar fun-fun saja,” jelas Michael.
Baca Juga : Berapa Lama Waktu Ideal untuk Olahraga Setiap Harinya?
Jika tujuannya prestasi, maka yang harus dikejar adalah medali. Usaha dan latihan wajib dioptimalkan, termasuk berlatih hingga di luar batas kemampuan diri.
Jadi jangan heran kalau risiko cedera akrab dengan atlet berprestasi.
Jika tujuannya demi kesehatan, harus ada parameter yang jelas. Ambil contoh penurunan kolesterol, berat badan, dll.
Dalam melakukannya pun tidak boleh berlebihan dan mesti disesuaikan dengan batas kemampuan tubuh. Pasalnya, latihan berlebihan berpotensi merusak otot dan sel.
Latihan yang berat akan menghasilkan “sampah” dan inilah yang membuat badan tidak sehat. Contoh gampangnya adalah saat kita terlalu banyak kerja.
Tubuh pasti akan lebih mudah sakit karena daya tahan tubuh menurun.
Baca Juga : (Breaking) Medali Emas ke-2 untuk Indonesia di Asian Para Games 2018 dari Cabang Olahraga Para Atletik!
Olahraga berlebihan memang memiliki efek buruk pada sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan, kerusakan sel yang terjadi akibat olarhaga berlebih dapat mengubah aktivitas sel pembunuh kuman alami dan meningkatkan aktivitas limfosit darah perifer.
Aktivitas yagn kita lakukan termasuk berlebihan atau tidak, sebenarnya gampang untuk dikenali.
Jika muncul gejala mudah mengantuk, mudah lelah, sakit kepala, konsentrasi menurun, penurunan respon denyut jantung, hingga warna urine semakin keruh, itu tandanya latihan kita berlebihan.
Jika itu diteruskan, selain mengundang risiko cedera, tubuh kita akan rentan terserang infeksi saluran pernapasan, seperti pilek, flu, dan amandel.
Pada keadaan seperti ini sebaiknya intensitas latihan dikurangi.
Istirahat diperlukan untuk memulihkan kebugaran tubuh agar jangan sampai benar-benar jatuh sakit.
Baca Juga : Cukup dengan 10 Menit Olahraga Ini, Ingatan Anda Akan Bertahan Lama
Sebab, kalau hal ini terjadi, tidka mudah untuk kembali latihan seperti semula.
Agar terhindar dari dampak buruk olahraga berlebihan, buah program latihan yang seimbang dan masa istirahat yang cukup.
Jika proporsinya pas dan masa istirahatnya cukup, latihan berat pun tak masalah.
Selain itu, kita juga wajib meninggalkan kebiasaan meningkatkan intensitas olahraga saat merasa enak ketika berlatih.
Ingat, meningkatkan intensitas latihan ada caranya. Prinsip dasarnya, tidak boleh menaikkan porsi latihan lebih dari 10% setiap minggunya.
Sebaiknya, selingi juga hari-hari/minggu-minggu latihan berat dengan latihan ringan.
Mudah, bukan?
Baca Juga : 'Olahraga Ini Enggak Bikin Item', Alasan Jonatan Christie Memilih Bulutangkis