Find Us On Social Media :

Faktor yang Mendorong Kerajaan dan Kesultanan di Wilayah Nusantara Melakukan Perlawanan Terhadap Pemerintah Kolonial

By Ade S, Kamis, 19 Oktober 2023 | 20:03 WIB

Serangan di Batavia oleh Sultan Mataram pada tahun 1628. Berikut ini beberapa faktor yang mendorong kerajaan dan kesultanan di wilayah Nusantara melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial.

Intisari-Online.com - Apakah Anda tahu bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah perjuangan yang panjang dan heroik melawan penjajahan?

Sejak abad ke-16 hingga abad ke-20, berbagai kerajaan dan kesultanan di Nusantara tidak pernah menyerah untuk mempertahankan tanah airnya dari cengkeraman bangsa asing.

Lalu, apa saja faktor-faktor yang mendorong kerajaan dan kesultanan di Nusantara untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial?

Artikel ini akan menjelaskan faktor-faktor tersebut dengan memberikan beberapa contoh perlawanan yang terjadi di berbagai wilayah Nusantara.

Anda akan mengetahui bagaimana rakyat Indonesia berjuang dengan berbagai cara, mulai dari diplomasi, perang, hingga gerilya.

1) Berusaha mengambil alih kembali tanah yang dicaplok penjajah

Demak menyerang Malaka karena faktor politik, yaitu ingin mengembalikan tanah Islam dan kemuliaan kerajaan Islam yang direbut oleh musuh.

Faktor ekonomi juga mendorong Demak untuk menyerang Malaka, karena Demak ingin mengendalikan Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional.

Kesultanan Demak sudah melawan Portugis yang menguasai Malaka sejak masa Raden Patah.

Raden Patah mengutus pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus, putranya yang juga Bupati Jepara, untuk melawan Portugis di Malaka.

Baca Juga: Apa yang Dirasakan Rakyat Kerajaan Tarumanegara Atas Perjuangan yang Dilakukan oleh Raja Purnawarman?

Pati Unus menyerang Portugis untuk pertama kalinya pada tahun 1512. Namun, serangan itu tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka.

Pati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor karena keberaniannya dalam menyerbu Malaka yang dikuasai Portugis.

Setelah Raden Patah wafat, Kesultanan Demak dipimpin oleh putranya yang lain, yaitu Sultan Trenggana.

Sultan Trenggana mengirim Fatahillah bersama Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, untuk mencegah kerja sama antara Portugis dan Pajajaran di daerah barat.

Fatahillah dan Maulana Hasanuddin berhasil menyerang dan mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1527.

Nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta atau Jakarta yang artinya kemenangan yang sempurna.

Fatahillah diangkat oleh Sultan Trenggana sebagai wakilnya yang memerintah di Jayakarta, sedangkan Maulana Hasanuddin memerintah di Banten.

2) Berkeinginan melawan monopoli oleh penjajah

Monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan oleh Portugis membuat rakyat Ternate menderita. Oleh karena itu, rakyat Ternate mengadakan perlawanan terhadap Portugis pada tahun 1533 di bawah pimpinan Dajalo.

Perlawanan tersebut awalnya berhasil mengungguli Portugis, namun kemudian tertekan setelah Portugis mendapat bala bantuan dari Malaka.

Perlawanan berlanjut karena Portugis sering memeras rakyat Ternate. Kali ini, Sultan Khairun atau Hairun yang memimpin perlawanan.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai, dari Awal Berdiri Hingga Keruntuhannya

Namun, Portugis menggunakan tipu daya untuk membunuh Sultan Khairun saat sedang berunding.

Walaupun begitu, rakyat Ternate tidak menyerah. Mereka terus melawan Portugis di bawah komando Sultan Baabullah yang menggantikan Sultan Khairun pada tanggal 28 Desember 1577. Sultan Baabullah akhirnya berhasil mengusir Portugis dari tanahnya.

3) Berambisi menyatukan wilayah sekaligus mengusir penjajah

Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngabdurrahman (1613-1645) bercita-cita menyatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir VOC dari Jawa.

Untuk merealisasikan cita-citanya, Sultan Agung berusaha menghalangi usaha-usaha VOC melakukan penetrasi politik dan monopoli perdagangan. Salah satu langkahnya adalah merobohkan loji VOC di Jepara pada tanggal 18 Agustus 1618.

VOC tidak tinggal diam. Mereka menyerang pertahanan Mataram di Jepara. Sejak saat itu, pertempuran sering terjadi antara keduanya.

Sultan Agung juga ingin mengusir VOC dari Batavia. Untuk itu, ia melakukan serangan besar-besaran terhadap Batavia.

Sayangnya, serangan itu gagal. Sultan Agung meninggal pada 1645 dan setelah itu pengaruh VOC mulai masuk Mataram.

Dari artikel ini, kita dapat belajar bahwa faktor-faktor yang mendorong kerajaan dan kesultanan di Nusantara untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial adalah beragam, namun memiliki satu tujuan bersama, yaitu membebaskan Nusantara dari penjajahan.

Baca Juga: Penjelasan Singkat Sejarah Korupsi di Masa Kerajaan dan di Masa Penjajahan