Intisari-Online.com -Nusantara, yang kini dikenal sebagai Indonesia, adalah wilayah yang kaya akan sumber daya alam, terutama rempah-rempah.
Rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada sangat diminati oleh bangsa Eropa pada abad ke-16 dan ke-17.
Namun, apa reaksi kerajaan nusantara terhadap keberadaan bangsa asing yang datang untuk menjajah dan berdagang di Nusantara?
Apakah mereka menerima atau menolak? Apakah mereka bekerja sama atau berperang?
Artikel ini akan mengulas reaksi kerajaan nusantara terhadap dua bangsa asing yang paling berpengaruh di Nusantara, yaitu Portugis dan Belanda.
Reaksi kerajaan nusantara terhadap Portugis
Berikut adalah reaksi kerajaan nusantara terhadap Portugis seperti yang dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya M C Ricklefs:
* Perlawanan Kesultanan Malaka
Pada tahun 1509, Portugis mengirim Diogo Lopes de Sequeira. Ia ditugaskan untuk mencari Malaka, menjalin hubungan baik dengan penguasa setempat, dan menetap di sana sebagai perwakilan raja Portugal di wilayah timur India.
Ketika tiba di Malaka, Sequeira disambut hangat oleh penguasa Kesultanan Malaka, Sultan Mahmud Syah.
Namun pedagang-pedagang Islam internasional yang berada di Malaka meyakinkan sang sultan bahwa Portugal adalah ancaman besar.
Baca Juga: Bagaimana Kondisi Masyarakat Kerajaan Majapahit Pada Tempo Dulu?
Sultan Mahmud Syah pun membalikkan sikap terhadap Sequeira. Bawahannya ditangkap dan dibunuh. Empat kapal Portugis berusaha diserang sebelum akhirnya melarikan diri ke laut.
Portugis menyadari, satu-satunya cara mempertahankan kekuasaannya dengan penaklukan. Maka, pada bulan April 1511, Portugis mengirim Alfonso de Albuquerque berlayar dari Goa ke Malaka dengan 1.200 prajurit dan 18 kapal.
Malaka jatuh ke tangan Portugis. Pertempuran segera pecah dan berlangsung secara terputus-putus sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus.
* Perlawanan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore
Tidak lama setelah menetap di Malaka, Portugis di bawah pimpinan Francisco Serrao pun mencoba berlayar ke Timur.
Pada tahun 1512, kapal Portugus sampai di Hitu, Ambon bagian utara. Penguasa setempat menyambut baik karena terkesan akan kemampuan perang yang ditunjukkan Portugis.
Di kepulauan Maluku, Portugis disambut baik karena membawa bahan makanan dan membeli rempah-rempah yang dijual di sana.
Pada tahun 1522, Portugis bersekutu dengan Ternate yang sedang bersaing dengan Tidore.
Namun hubungan baik Ternate dengan Portugis tidak bertahan lama. Portugis membangun benteng di sana dan memonopoli perdagangan.
Hubungan Portugis dengan penguasa yang beragama Islam menjadi tegang karena Portugis berusaha membuat rakyat berpindah keyakinan ke Katolik.
Orang-orang Portugis juga tidak sopan dan tidak menyenangkan penduduk setempat.
Baca Juga: Komoditas yang Sering Diperdagangkan pada Masa Kerajaan Hindu Buddha
Penguasa Portugis juga terlalu campur tangan dengan urusan kerajaan-kerajaan.
Kemudian pada tahun 1575, orang-orang Portugis diusir dari Ternate setelah terjadi pengepungan yang berlangsung lima tahun.
Portugis pun pindah ke Tidore dan membangun sebuah benteng baru pada tahun 1578.
Rakyat Ternate akhirnya bersatu dengan Tidore melawan Portugis pada tahun 1565. Setelah Sultan Hairun dibunuh, putranya, Sultan Baabullah melanjutkan perlawanan.
Pada tahun 1574, benteng Portugis direbut. Portugis bertahan di Indonesia timur hingga tahun 1605.
Portugis diusir dari Maluku setelah kongsi dagang Belanda, VOC, tiba di Maluku. Portugis terdesak mundur ke Timor Leste.
Reaksikerajaan nusantara terhadap Belanda
Pada akhir abad ke-16, Belanda datang ke Indonesia untuk tujuan perdagangan.
Reaksi orang pribumi saat itu bermacam-macam. Ada yang menentang, namun ada yang bersikap ramah bahkan bekerja sama.
Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, Nusantara pertama kali dikunjungi oleh Belanda pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Di Banten, tempat Belanda pertama kali mendarat di Nusantara, Belanda awalnya disambut baik.
Baca Juga: Perbedaan Dua Dinasti Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra pada Kerajaan Mataram Kuno
Namun sikap bangsa Belanda yang sering memaksa membuat Belanda akhirnya diusir oleh Kesultanan Banten.
Setelah Belanda berlayar di sepanjang pantai utara Jawa untuk menuju ke timur, konflik sering terjadi.
Di Sidayu, Gresik, Belanda kehilangan 12 anak buahnya yang tewas dalam serangan yang dilancarkan orang Jawa.
Di lepas pantai Madura, Belanda membunuh seorang penguasa setempat.
Penguasa itu tengah mendayung perahunya untuk mendekati kapal Belanda untuk berbicara dengan mereka.
* Ekspedisi kedua
Pada upaya ekspedisi kedua, baru Belanda mendapatkan sambutan baik.
Di bawah pimpinan Jacob van Neck, pada tahun 1598, kedatangan Belanda disambut baik oleh Banten.
Setelah berdagang di Tuban, van Neck dan rombongan melanjutkan perjalanan ke timur.
Mereka singgah di Tuban dan tiba di Maluku pada tahun 1599.
Jacob van Neck menjadi penjelajah pertama Belanda yang sampai di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku.
Sesampai di Maluku, Belanda disambut ramah.
Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada tahun 1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli perdagangan di sana.
* Perlawanan rakyat terhadap Belanda
Keuntungan besar dari perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berbondong-bondong ke sana.
Baca juga: Tujuan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia
Belanda sampai membuat kongsi dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Namun keberadaan VOC di Indonesia belakangan menyengsarakan orang.
Berbagai perlawanan dilakukan orang Indonesia.
Mereka singgah di Tuban dan tiba di Maluku pada 1599.
Jacob van Neck menjadi penjelajah pertama Belanda yang sampai di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku.
Sesampai di Maluku, Belanda disambut baik.
Bahkan Kesultanan Ternate bekerja sama dengan Belanda pada 1605 untuk berperang mengusir Portugis yang lebih dulu memonopoli perdagangan di sana.
Demikianlah artikel tentang reaksi kerajaan nusantara terhadap keberadaan bangsa asing yang sangat bervariasi. Ada yang bersikap ramah, ada yang bersikap bermusuhan, ada yang bersikap kooperatif, ada yang bersikap defensif.
Baca Juga: Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha