Mengapa Kerajaan Majapahit Mengalami Kemunduran? Ini 6 Penyebabnya

Ade S

Editor

Bangunan yang merepresentasikan Kerajaan Majapahit di The Legend Star, Jatim Park 3, Kota Batu. Simak ulasan lengkap tentang mengapa Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Temukan 6 faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan agung ini.
Bangunan yang merepresentasikan Kerajaan Majapahit di The Legend Star, Jatim Park 3, Kota Batu. Simak ulasan lengkap tentang mengapa Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Temukan 6 faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan agung ini.

Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkuat yang pernah ada di Nusantara.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yang dibantu oleh mahapatih Gajah Mada.

Namun, apakah Anda tahu mengapa Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran? Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan ini?

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang 6 penyebab utama dari kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Anda akan mengetahui bagaimana konflik suksesi, perang saudara, serangan dari kerajaan lain, dan pengaruh Islam berperan dalam melemahkan kekuasaan Majapahit.

Jadi, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan ini? Berikut adalah penjelasannya seperti dilansir dari kompas.com.

1) Kematian Gajah Mada

Gajah Mada adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Kerajaan Majapahit.

Ia berhasil memperluas wilayah kerajaan hingga mencakup hampir seluruh Nusantara melalui Sumpah Palapa, yang merupakan janji untuk menyatukan seluruh pulau di bawah kekuasaan Majapahit.

Sayangnya, Gajah Mada meninggal pada tahun 1364, setelah sebelumnya mundur dari jabatan mahapatih akibat peristiwa Perang Bubat pada 1357.

Baca Juga: Apa yang Menjadi Ciri Khas Kerajaan Majapahit Hingga Jadi Istimewa?

Perang Bubat adalah perang antara Majapahit dan Sunda, yang dipicu oleh penolakan Hayam Wuruk untuk menikahi putri Sunda.

Setelah Gajah Mada tiada, jabatan mahapatih diisi oleh Gajah Enggon, yang merupakan mantan bawahan Gajah Mada saat menjadi pasukan Bhayangkara Majapahit.

Namun, Gajah Enggon tidak sekompeten Gajah Mada dalam mengurus pemerintahan, sehingga kerajaan mulai mengalami kemerosotan.

2) Kematian Hayam Wuruk

Hayam Wuruk adalah raja yang membawa Kerajaan Majapahit ke puncak kejayaannya. Ia memerintah dari tahun 1350 hingga 1389 dengan bijaksana dan adil.

Ia juga dikenal sebagai raja yang gemar melakukan kunjungan ke berbagai daerah di wilayah kerajaannya.

Namun, pada tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dunia tanpa meninggalkan pewaris yang sah. Hal ini menimbulkan krisis suksesi di dalam kerajaan, yang kemudian memicu perpecahan dan perang saudara.

3) Konflik Suksesi

Setelah Hayam Wuruk wafat, terjadi konflik suksesi antara dua kubu yang bersaing untuk merebut takhta kerajaan.

Kubu pertama adalah kubu Wikramawardhana, yang merupakan menantu Hayam Wuruk dari pernikahan dengan putri tertua Hayam Wuruk, yaitu Kusumawardhani.

Kubu kedua adalah kubu Bhre Wirabhumi, yang merupakan anak dari selir Hayam Wuruk, yaitu Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Baca Juga: Adatnya Dipakai Enzy saat Menikah, Suku Minangkabau Ternyata Jadi Penganut Matrilineal Usai Peristiwa Serangan Majapahit

Bhre Wirabhumi mengklaim dirinya sebagai pewaris sah Hayam Wuruk karena ia adalah anak laki-laki satu-satunya dari raja.

Konflik suksesi ini menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam keluarga dan bangsawan Majapahit, yang saling mendukung salah satu kubu.

4) Perang Paregreg

Perpecahan di dalam kerajaan akhirnya berujung pada perang saudara antara kubu Wikramawardhana dan kubu Bhre Wirabhumi.

Perang saudara ini dikenal dengan nama Perang Paregreg, yang terjadi antara tahun 1404 hingga 1406.

Perang Paregreg sangat merugikan Kerajaan Majapahit dari segi ekonomi, sosial, dan politik. Banyak sumber daya manusia dan alam yang terbuang sia-sia akibat peperangan.

Selain itu, perang saudara juga melemahkan persatuan dan kesatuan di antara rakyat Majapahit.

5) Munculnya Kerajaan Demak

Salah satu ancaman terbesar yang dihadapi oleh Kerajaan Majapahit adalah munculnya Kerajaan Demak, yang dipimpin oleh Raden Patah.

Raden Patah adalah anak dari Raja Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Majapahit, dari ibu berdarah Tionghoa bernama Siu Ban Ci.

Raden Patah membangun Kerajaan Demak sebagai bentuk perlawanan terhadap Majapahit, yang dianggap telah menganiaya ibunya.

Baca Juga: Sosok Rakyan Jayadarma: Tanpa Kematian Tragisnya, Konsep Majapahit Bisa Jadi Tak akan Pernah Muncul

Kerajaan Demak juga menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa, yang mulai berkembang pesat sejak abad ke-15.

Pada tahun 1518, Kerajaan Demak menyerang Majapahit dengan pasukan yang dipimpin oleh Pati Unus, raja kedua Demak setelah Raden Patah.

Serangan ini berhasil menghancurkan sebagian besar wilayah Majapahit.

Kemudian, pada tahun 1527, Kerajaan Demak kembali menyerang Majapahit dengan pasukan yang dipimpin oleh Sultan Trenggono, raja ketiga Demak setelah Pati Unus.

Serangan ini berhasil meruntuhkan eksistensi Kerajaan Majapahit, yang sebelumnya sempat menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.

6) Pengaruh Islam

Faktor lain yang menyebabkan keruntuhan Majapahit adalah pengaruh Islam, yang mulai berkembang secara pesat di Jawa pada abad ke-15.

Pengaruh Islam dibawa oleh para pedagang dan ulama dari Timur Tengah, India, dan Tiongkok.

Pengaruh Islam kemudian memengaruhi dan mengubah pola pandang masyarakat Jawa ke arah lebih modern.

Masyarakat Jawa mulai meninggalkan tradisi Hindu-Buddha yang selama ini dianut oleh Majapahit. Mereka juga mulai beralih ke kerajaan-kerajaan Islam yang lebih progresif dan toleran.

Hal inilah yang kemudian menjadikan Kerajaan Majapahit semakin melemah dan pada akhirnya runtuh.

Demikianlah artikel tentang mengapa Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan dan pengetahuan baru tentang sejarah Nusantara.

Baca Juga: Mengapa Kerajaan Majapahit Dianggap Sebagai Puncak Kejayaan Maritim di Nusantara?

Artikel Terkait