Bagaimana Kondisi Masyarakat Kerajaan Majapahit Pada Tempo Dulu?

Ade S

Editor

Ukiran sejarah Indonesia yang mengelilingi Monumen Nasional, Jakarta. Artikel ini membahas bagaimana kondisi masyarakat Kerajaan Majapahit pada tempo dulu, mulai dari kehidupan politik, ekonomi, hingga sosial budaya.
Ukiran sejarah Indonesia yang mengelilingi Monumen Nasional, Jakarta. Artikel ini membahas bagaimana kondisi masyarakat Kerajaan Majapahit pada tempo dulu, mulai dari kehidupan politik, ekonomi, hingga sosial budaya.

Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi.

Namun, tahukah Anda bagaimana kondisi masyarakat Kerajaan Majapahit pada tempo dulu?

Artikel ini akan mengulas hal tersebut secara lengkap dan menarik.

Anda akan mengetahui bagaimana sistem pemerintahan, perdagangan, pertanian, toleransi agama, dan kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Majapahit.

Anda juga akan mengetahui bagaimana pengaruh Kerajaan Majapahit terhadap kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

KondisiEkonomi Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan asing untuk mengembangkan perekonomian kerajaan.

Politik luar negeri Kerajaan Majapahit mengusung semboyan "Mitreka Satata", yang berarti teman sejajar atau setara. Semboyan ini terdapat dalam Kitab Negarakertagama.

Kerajaan Majapahit juga mengekspor berbagai komoditas, seperti lada, gading, timah, beras, besi, intan, ikan, cengkih, pala, kapas, dan kayu cendana.

Barang-barang ini dijual ke beberapa negara, seperti Tiongkok, Ayodya (Siam), Champa, dan Kamboja.

Baca Juga: Runtuhnya Kerajaan Majapahit Disebabkan oleh Peristiwa Apa Saja?

Perdagangan dan pertanian menjadi dua sektor yang mendorong perekonomian Kerajaan Majapahit.

Untuk mendukung sektor-sektor ini, Kerajaan Majapahit membangun sarana-sarana seperti jalan, sungai, dan pelabuhan.

Pada masa Hayam Wuruk, ia juga berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membangun bendungan, saluran air, dan lahan pertanian baru.

Ia juga membangun jembatan di sepanjang sungai untuk mempermudah hubungan antardaerah.

KondisiPolitik Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada 1293 Masehi. Ia digantikan oleh putranya, Sri Jayanegara, setelah meninggal.

Kemudian, saudara perempuan Sri Jayanegara, Tribuwana Tunggadewi, naik takhta pada 1328 Masehi. Ia memerintah sampai 1350 Masehi.

Pada masa Tribuwana Tunggadewi, Gajah Mada menjadi Mahapatih Amangkubumi yang berperan penting dalam Kerajaan Majapahit.

Ia membantu Tribuwana Tunggadewi menaklukan kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Hayam Wuruk, putra Tribuwana Tunggadewi, menggantikan ibunya sebagai raja pada 1350 Masehi.

Pada masa ini, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kehidupan politik Kerajaan Majapahit juga semakin baik dan teratur.

Baca Juga: Mengapa Kerajaan Majapahit Mengalami Kemunduran? Ini 6 Penyebabnya

Kerajaan Majapahit menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan luar Nusantara, seperti Siam, Kamboja, Tiongkok, dan Champa.

Kerajaan Majapahit memiliki kekuasaan teritorial dan desentralisasi yang didukung oleh birokrasi yang rinci.

Raja Majapahit dianggap sebagai dewa tertinggi yang memiliki otoritas politik sebagai penguasa. Raja dibantu oleh pejabat birokrasi kerajaan dalam melaksanakan kebijakannya.

Susunan pemerintahan Kerajaan Majapahit dari pusat sampai daerah adalah:

1. Pusat Kerajaan atau bhumi dipimpin oleh Maharaja.

2. Provinsi atau negara dipimpin oleh pangeran (bhre), gubernur (rajya), tuan (natha), dan adipati atau bhatara.

3. Kabupaten atau watek dipimpin oleh Tumenggung.

4. Kecamatan atau kuwu dipimpin oleh demang.

5. Desa atau wanua dipimpin oleh thani.

6. Dusun kecil atau kabuyutan dipimpin oleh kepala dukuh atau kepala buyut.

Kehidupan Sosial di Kerajaan Majapahit

Masyarakat Majapahit memiliki kehidupan sosial budaya yang dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan.

Keagamaan di Majapahit berfungsi sebagai sarana untuk menumbuhkan toleransi antar warga.

Kerajaan juga menghargai dan memberi kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh agama untuk terlibat dalam pemerintahan.

Salah satu bukti toleransi agama di Majapahit adalah bangunan suci berupa candi.

Candi-candi ini memiliki unsur keagamaan yang beragam, menunjukkan integrasi sosial dan toleransi di bidang agama.

Candi-candi ini tidak hanya untuk umat Hindu-Buddha, tetapi juga untuk umat Islam. Karena pada masa Hayam Wuruk, sudah ada penduduk Majapahit yang memeluk Islam.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan maritim Hindu-Buddha di Nusantara yang memiliki keragaman, termasuk dalam hal agama.

Namun, rakyat Majapahit dapat hidup damai dan harmonis. Raja selalu berusaha menjaga ketenteraman masyarakatnya.

Keragaman dalam keharmonisan dari masyarakat Majapahit berpengaruh hingga saat ini dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Keragaman tersebut memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, yaitu munculnya sikap toleransi dan empati dari masyarakat yang berbeda status dan latar belakang.

Demikianlah artikel tentang bagaimana kondisi masyarakat Kerajaan Majapahit pada tempo dulu. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang sejarah Nusantara.

Baca Juga: Apa yang Menjadi Ciri Khas Kerajaan Majapahit Hingga Jadi Istimewa?

Artikel Terkait