Find Us On Social Media :

Ramai-ramai Angkat Senjata, 16.000 Relawan dari Timur Tengah Dikatakan Siap Datang untuk Bertempur Membantu Rusia Lawan Ukraina

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 14 Maret 2022 | 11:55 WIB

(Ilustrasi) Pejuang pro-pemerintah Suriah mengendarai tank mereka melewati warga sipil yang melarikan diri dari Aleppo timur pada 2016

"Tidak ada pembicaraan tentang sesama warga kami (sukarelawan)," katanya.

Di sisi yang berlawanan, puluhan ribu sukarelawan telah mendaftar diri untuk bergabung dengan pasukan Ukraina melawan Rusia.

Peskov mengatakan keputusan untuk mengirim pejuang sukarelawan ke Ukraina adalah masuk akal, mengklaim bahwa AS mendukung langkah-langkah untuk mengirim tentara bayaran untuk bergabung dengan tentara Kyiv.

"Jika Barat sangat antusias dengan kedatangan tentara bayaran, maka kami juga memiliki sukarelawan yang ingin berpartisipasi," kata Peskov.

Tentara bayaran Rusia memberikan dukungan penting kepada separatis pro-Moskow di Ukraina timur pada tahun 2014, kata pengamat.

Tepatnya yakni ketika Kremlin mencaplok semenanjung Krimea setelah demonstrasi jalanan menggulingkan seorang pemimpin yang bersahabat dengan Kremlin.

Baca Juga: Tantang Balik NATO, Rusia Sebut Mereka Bisa Menarget Pasokan Senjata Barat untuk Ukraina, 'Konvoi Ini Jadi Target Empuk!'

 Baca Juga: 500 Tentara Lakukan Bunuh Diri pada 2006 hingga Perpeloncoan yang Mendarah Daging, Inilah Rahasia Gelap Angkatan Darat Rusia yang Ditutup-tutupi

Ada juga sejumlah besar tentara bayaran Rusia di samping penempatan militernya sejak Suriah 2015, ketika kampanye udara berat Moskow menghancurkan oposisi dan membalikkan keadaan untuk mendukung Assad.

Rusia melancarkan serangannya di Ukraina akhir bulan lalu, memicu eksodus pengungsi ke Eropa dan tuduhan kejahatan perang.

Anggota NATO, aliansi militer pimpinan AS yang ingin bergabung dengan Ukraina, telah meningkatkan pasokan senjata secara signifikan ke Ukraina, dan memperkuat jumlah pasukan di dekat Rusia.

Putin pada hari Jumat meminta Shoigu untuk mempersiapkan rencana kemungkinan benteng perbatasan barat Rusia "sebagai tanggapan atas tindakan yang diambil oleh negara-negara NATO".