Intisari-Online.com - Invasi Rusia ke Ukraina membawa petaka bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Setelah ditinggal sekutunya yang paling kuat, China, yang lebih mendukung Ukraina.
Kini Rusia kembali kehilangan salah satu proyek miliaran rupiah terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari bbc.com pada Rabu (23/2/2022), Jerman telah menghentikan proyek pipa gas utama Rusia.
Hal ini menyusul perintah Presiden Vladimir Putin untuk mengirim pasukan ke Ukraina.
Pada hari Senin, Presiden Rusia mengakui dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri sebagai negara merdeka dan memerintahkan pasukan Rusia untuk dikerahkan ke keduanya.
Negara-negara Barat sebagian besar melihat tindakan tersebut sebagai dalih untuk invasi yang lebih luas.
Sebagai tanggapan, Jerman menghentikan persetujuan proyek pipa Nord Stream 2 setelah negara-negara Barat lainnya mengeluarkan sanksi.
Pipa Nord Stream 2 telah didukung oleh Jerman meskipun ada tentangan dari negara-negara seperti AS, Inggris, Polandia, dan Ukraina.
Biaya proyek ini mencapai 10 miliar Euro (Rp162.651.572.500) dengan pembagian dana antara perusahaan energi Rusia dan Barat.
Tapi setelah Putin mengirim pasukan ke wilayah Ukraina yang dikuasai pemberontak di Donetsk dan Luhansk, Jerman mengumumkan bahwa mereka menangguhkan proses pemberian izin operasi pipa antara itu.
Dan Rusia sendiri secara efektif menghentikan proyek sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Langkah ini penting karena Rusia memasok Eropa dengan sekitar 40% gasnya dan sebagian besar sumber di timur Rusia.
"Ini adalah langkah yang benar secara moral, politik, dan praktis dalam situasi saat ini," tulis Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, menyambut keputusan Jerman tersebut.
"Kepemimpinan sejati berarti keputusan sulit di masa-masa sulit."
"Langkah Jerman membuktikan hal itu."
Sanksi ini adalah salah satu dari sejumlah tindakan yang diambil oleh kekuatan Barat setelah perintah Putin.
Sebelumnya Amerika Serikat (AS) melarang orang dan perusahaan AS melakukan perdagangan atau investasi apa pun di wilayah yang dikuasai pemberontak.
Sementara Inggris mengumumkan sanksi terhadap lima bank Rusia dan tiga tokoh bisnis Rusia.
Inggris mengatakan aset Inggris mereka akan dibekukan dan mereka akan dilarang dari negara itu.
Bank Rusia juga terkena masalah karena akses Rusia ke pasar keuangan Uni Eropa dibekukan.
"Seluruh sanksi ini akan merugikan Rusia. Sangat sangat merugikan," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.
Jika terus begini, maka ada spekulasi bahwa Rusia bisa menghadapi pemutusan sistem perbankan global.
Seperti ditolak akses ke dolar atau bahkan menghadapi pembatasan impor atau ekspor.