Find Us On Social Media :

Pengantar Kuratorial 'Daulat & Ikhtiar': Memaknai Sejarah Melalui Seni

By Intisari Online, Selasa, 15 Februari 2022 | 15:35 WIB

Pameran temporer ini bertajuk DAULAT & IKHTIAR,

Oleh Mikke Susanto dan Duls Rumbawa, Kurator Pameran Temporer 'Daulat & Ikhtiar'

Intisari-Online.com–Pameran ini dimulai dari sebuah monumen. Letaknya tepat di kilometer nol Yogyakarta. Dikelilingi oleh empat gedung bersejarah: Kantor Pos Besar, Gedung BNI 46, Istana Kepresidenan Republik Indonesia, dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Inisiatornya adalah Kepala Staf Angkatan Darat saat itu Mayjen TNI. Widodo. Adapun pembuatnya adalah pematung Saptoto.

Seturut informasi dari buku MacGregor, monumen ini merupakan satu dari sejumlah proyek Seminar Angkatan Darat III pada 1972.

Karya berukuran tinggi lebih kurang 8 meter ini merupakan monumen pasif yang menjadi salah satu ikon era Orde Baru, selain Monumen Pancasila Sakti Jakarta dan Monumen Ambarawa.

Monumen yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Maret 1973 tersebut terdiri atas Gunungan besar yang berdiri kokoh di bagian tengah-belakang. Gunungan berbahan perunggu tersebut ditopang oleh bentangan dinding horison bergaris pinggir warna abu-abu layaknya taferil lakon wayang.

Di bawahnya bertuliskan “Monumen 1 Maret 1949”. Pada bagian bawah terdapat sejumlah 25 relief berwarna gelap menggambarkan prolog terjadinya peristiwa.

Adapun bagian depannya tersaji dan berdiri kokoh 5 patung berbahan perunggu menggambarkan figur manusia dengan berbagai asesoris.

Kelima figur yang berdiri di “panggung” beton setinggi 3 meteran digambarkan sebagai bentuk kemanunggalan yang kuat dalam sebuah peristiwa yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Rakyat Indonesia menyebut peristiwa itu dengan “Serangan Umum 1 Maret 1949”.

Baca Juga: Daulat dan Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 melalui Seni

 Baca Juga: Arti Penting Serangan Umum 1 Maret 1949 yang Terjadi Usai Agresi Militer Belanda II

Peristiwa tersebut merupakan respon terhadap agresi militer Belanda II yang terjadi pada 19 Desember 1948. Agresi militer Belanda tersebut dilakukan untuk menduduki Ibukota negara Yogyakarta.