Mati-matian Singkirkan Sejarah Kelam Negaranya Ini, China Sampai Hancurkan Monumen Bukti Peristiwa Brutal yang 'Lahirkan' Satu-satunya Sosok Misterius yang Terkenal di Dunia Ini

Tatik Ariyani

Penulis

"Tank Man" menghentikan laju barisan tank pada tanggal 5 Juni 1989 di Beijing

Intisari-Online.com -4 Juni 1989 terjadi salah satu peristiwa paling berdarah dalam sejarah China di Lapangan Tiananmen.

Saat itu, Partai Komunis China (PKC) pimpinan Deng Xiaoping mengumumkan status darurat militer di ibu kota Beijing.

Setidaknya 200.000 Tentara Pembebasan Rakyat China kemudian dikerahkan, untuk mengakhiri enam minggu demonstrasi nasional di mana satu juta pemuda China telah menduduki tempat terkenal itu.

Mereka melakukan mogok makan dan menyerukan diakhirinya korupsi negara, menuntut transparansi yang lebih besar, dan peningkatan kebebasan sipil.

Baca Juga: Jor-joran Habiskan Uang Demi Jadi Kekuatan Militer Terbesar di Dunia, China Bertekad Memenangi Perang pada 2049

Demonstrasi di Lapangan Tiananmen terbukti mempermalukan pemerintah China, jelang kunjungan Perdana Menteri Soviet Mikhail Gorbachev.

Khawatir akan sorotan media, diyakini mendorong Beijing tergesa “membersihkan” jalan-jalan.

Menurut History, anggota Pasukan Grup ke-27 China menembaki kerumunan dengan senapan otomatis, sementara penembak jitu menghujani peluru dari atap.

Personel lapis baja juga diluncurkan, banyak diantaranya melindas siswa pengunjuk rasa yang saat itu saling terkait membentuk rantai manusia.

Baca Juga: Salah Satunya Sampai Terukir Abadi dalam Kronik China, Inilah Tiga Wanita Penguasa Majapahit, Ada yang Kejeliannya Jadi Kunci Kedigdayaan Majapahit

China secara resmi mencatat jumlah kematian tidak lebih dari 300 orang.

Sementara Palang Merah China di lapangan mengatakan jumlahnya lebih dari 2.700.

Tetapi Sir Alan Donald, duta besar Inggris untuk China pada saat itu, mengatakan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.

Sebelum pembantaian brutal terjadi, seorang pria tampak menonjol di tengah Lapangan Tiananmen yang kosong.

Majalah Time kemudian menyebutnya sebagai "Pemberontak Tidak Dikenal."

Meski tanpa nama, pria itu masuk dalam daftar 100 orang paling penting di abad ke-20.

Kebenaran identitas dan nasib demonstran pemberani, yang momen heroiknya terdokumentasikan dengan baik itu, tetap diselimuti kisah misteri.

Hanya film dan foto yang telah dibagikan tak terhitung jumlahnya, menjadi bukti keberaniannya saat memberikan tanda “berhenti”, menantang barisan tank China yang bergemuruh di Lapangan Tiananmen.

Baca Juga: Sepele, Namun 3 Kesalahan Mencuci Pakaian yang Sering Dilakukan Banyak Orang Ini Bisa Bikin Anda Menyesal Lho!

Tabloid Inggris menjulukinya sebagai "Tank Man" (Manusia Tank) dan sejak itu, sikapnya menjadi simbol abadi pemberontakan berdarah di Beijing.

Setidaknya, perlawanannya memperlambat tindakan keras pemerintah terhadap pengunjuk rasa di Lapangan Tiananmen.

Tank Man mengenakan kemeja putih sederhana dengan celana gelap dan tas belanja ada di kedua tangannya.

Dia awalnya menghentikan tank dengan menunjukkan telapak tangan kanannya, sinyal yang secara universal dikenal sebagai permintaan untuk “berhenti.”

Tank-tank itu memang berhenti sesaat dan kemudian pria itu kemudian terlihat memanjat bagian depan tank utama.

Dia berdiri di atasnya selama beberapa saat.

Selama waktu itu dia berbicara dengan seorang anggota militer di dalam tank.

Meskipun tank militer berusaha bermanuver di sekitar Tank Man, dia berulang kali bergerak untuk memblokir jalan kendaraan lapis baja itu.

Baca Juga: Hidung Mampet Bisa Diatasi 15 Menit Saja, Cukup Pijat Hidung Bagian Ini!

Tak lama setelah konfrontasi Tank Man, dua pria tak dikenal membawanya pergi. Setelah itu tank melanjutkan perjalanan mereka.

Banyak orang mengklaim dia ditarik oleh agen keamanan dan ditangkap.

Yang lain mengklaim polisi tidak pernah dapat menemukan pria itu setelah dia ditarik dari depan tank.

Meski kejelasan hidup dan mati Tank Man masih jadi teka-teki, pujian akan keberanian terus dikenang dunia.

Terutama di hari peringatan pembantaian Lapangan Tiananmen tiap tahunnya.

Namun, China berusaha keras untuk menghapus sejarah peristiwa di Lapangan Tiananmen tersebut.

Sampai hari ini, Lapangan Tiananmen tidak pernah disebutkan di media China dan tidak diajarkan di sekolah.

Bahkan, Patung Tiananmen yang mengingatkan publik Hong Kong sebagai simbol gerakan pro-demokrasi China yang dihancurkan secara brutal.

Beijing berusaha menghapus ingatan masyarakat atas insiden tersebut selama 30 tahun.

Pada Rabu (22/12/2021) tengah malam waktu setempat, para pekerja di Universitas Hong Kong (HKU) menutupi patung Tiananmen, simbol kenangan dan penghormatan kepada pengunjuk rasa pro-demokrasi yang terbunuh selama penumpasan di Lapangan Tiananmen, China tahun 1989.

Patung yang diberi nama "Pillar of Shame" itu terbuat dari tembaga setinggi 8 meter dengan berat 2 ton yang merupakan karya seniman asal Denmark, Jens Galschiot.

"Pillar of Shame" adalah menara tumpukan 50 jenazah yang melambangkan siswa yang dibunuh oleh pasukan pemerintah Cina pada 4 Juni 1989.

Menurut keterangan saksi mata, pekerjaan konstruksi tersebut dilakukan dengan mendatangkan derek dan satu kontainer.

Para pekerja memasang barikade kuning di sekitar patung, yang terletak di halaman interior, kemudian dilanjutkan dengan memasang pembatas dan tirai kain putih di sekitar patung.

Citizen News, outlet media lokal di Hong Kong, memberitakan bahwa dewan universitas baru-baru ini memilih untuk menghancurkan patung Tiananmen.

Patung Tiananmen yang awalnya diletakkan di Taman Victoria Hong Kong sekitar 20 tahun yang lalu adalah salah satu dari sedikit pengingat publik yang tersisa di pulau itu tentang pembantaian Tiananmen — sebuah insiden yang dengan gigih berusaha dihapus oleh Beijing dari ingatan masyarakat sejak insiden itu terjadi.

Artikel Terkait