Find Us On Social Media :

Pantas China Mati-matian Dorong Pembangunan Kereta Cepat, Media Inggris Ungkap Posisi Indonesia dalam Rencana Besar China Kuasai Dunia

By Mentari DP, Selasa, 15 Februari 2022 | 09:00 WIB

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Intisari-Online.comProyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu proyek yang paling banyak disorot.

Sebab proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu sudah dimulai sejak 2015.

Kini, memasuki tahun 2022, rencananya proyek ini akan rampung.

Hal itu disampaikan oleh pihak China yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pihak China berkomitmen bahwa proyek kereta cepat ini akan rampung di akhir tahun 2022.

"Kedua belah pihak akan lebih menyelaraskan BRI dan visi Poros Maritim Global," ungkap Kemenlu China seperti dikutip dalam keterangan resminya, Selasa (8/6/2021).

"Tujuannya untuk memastikan penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung sesuai jadwal."

Dilansir dari kompas.com pada Juni 2021 silam, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini merupakan bagian dari program Belt and Road Initiative (BRI).

Baca Juga: Tak Perlu Tunggu 4 Dekade Seperti Indonesia, Kereta Cepat Taiwan Sudah Langsung BEP di Tahun Kedua, Bisa Tebak dengan Siapa Mereka Kerja Sama?

Baca Juga: Biaya Proyek Kereta Cepat Terus Membengkak Hingga Rp114 Triliun, Ahli Beberkan Skenario Terburuk Proyek Indonesia- China Ini, 'Baru Lunas 139 Tahun Lagi!'

Program BRI sendiri merupakan salah strategi yang dilakukan China.

Di mana mereka berupaya untuk menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa melalui jaringan darat dan laut.

Tujuannya untuk meningkatkan integrasi regional, meningkatkan perdagangan, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Dilansir dari middleeastmonitor.com pada Selasa (15/2/2022), Irak adalah target utama untuk program BRI pada tahun 2021.

Di mana Iraq menerima 10,5 miliar Dollar AS dalam pembiayaan untuk berbagai proyek. Salah satunya pembangkit listrik tenaga minyak berat.

Reuters melaporkan bahwa secara total, China melakukan kerja sama dengan 144 negara dan memberikan investasi senilai 59,5 miliar Dollar AS.

Irak, tempat Amerika Serikat (AS) mengakhiri misi tempurnya tahun lalu, telah menjadi mitra terbesar ketiga di BRI, setelah Pakistan dan Rusia.

Mereka telah terlibat sejak 2013.

Baca Juga: Ketika Indonesia Tetap Ngotot Lanjutkan Proyek Kereta Cepat Senilai Rp114 Triliun Sampai Gunakan Dana APBN, Malaysia Justru Membatalkannya, 'Utang Kami Sudah Numpuk!'

Baca Juga: Varian Omicron Semakin Tak Terbendung, Kemenkes Beri Pesan Ini Jika Tak Sengaja Bertemu Dengan Pasien Omicron, Hati-hati!

China dan Irak telah bekerja sama untuk membangun pembangkit listrik tenaga minyak berat Al-Khairat senilai 5 miliar Dollas AS di Provinsi Karbala di Irak.

Lalu Sinopec dari China telah memenangkan kontrak untuk mengembangkan ladang gas Mansuriya Irak di dekat perbatasan Iran.

Kedua negara juga bekerja sama dalam proyek bandara, solar, dan lainnya.

Setelah Irak, Serbia dan Indonesia adalah target utama untuk keterlibatan konstruksi BRI.

China meluncurkan proyek BRI pada tahun 2013 untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan seluruh dunia dan telah menghabiskan banyak uang untuk pengembangan infrastruktur di lusinan negara di seluruh dunia.

Tetapi beberapa kritikus mengatakan pembiayaan yang ditawarkan oleh Beijing seringkali tidak menguntungkan, tidak transparan, dan membuat beberapa negara miskin, terutama di Afrika.

Tidak heran ada banyak negara yang bergantung pada China melalui utang.

Baca Juga: Sampai Dijuluki Pesawat Tempur Paling Lelet di Pangkalan Udaranya, Rafale yang Baru Diborong Prabowo Nyatanya Bikin Negara Ini Kapok Beli, Apalagi Usai Picu Skandal Besar

Baca Juga: Prabowo Tak Main-main! Setelah Beli 42 Jet Tempur Rafale, Indonesia Juga Mau Borong 36 Jet Tempur F-15 Seharga Rp200 Triliun, Rupanya Segini Banyak Alokasi Dana Kemenham