Namun, Yu menjadi salah satu korban jiwa, dia disiksa dan dipukuli secara brutal oleh Jepang.
Dia kemudian meninggal di penjara pada 28 September 1920, satu tahun setelah hukumannya.
Kata-kata terakhir yang diucapkannya, ‘Jepang akan jatuh’.
Dia baru berusia enam belas tahun ketika itu.
Dalam kematiannya, dia bahkan tidak diizinkan bermartabat, melansir historynaked.
Petugas penjara Jepang pada awalnya menolak melepaskan jenazahnya untuk dimakamkan, tetapi dipaksa dengan ancaman dari kepala sekolah barat Universitas Wanita Ewha.
Tubuhnya dilepaskan ke sekolah dalam peti minyak Saucony Vacuum Company.
Kemudian jenazahnya dibawa ke sekolah, lalu diputuskan untuk mengkafaninya dengan kain sutra, karena dia adalah pahlawan sejati.
Jepang mengizinkan pemakamannya di gereja secara diam-diam dengan hanya dihadiri oleh teman-teman sekelasnya.
Makamnya berada di pemakaman Itaewon, yang kemudian dihancurkan.
Sebuah kuil dibangun setelah kemerdekaan Korea dan banyak patung Yu di universitas dan sekolah.
Legenda mengatakan bahwa pada tanggal 1 Maret, patung-patung Yu Gwan Sun akan berbaris sambil berteriak “Hidup Kemerdekaan Korea”.
Jika Anda menyebut namanya di salah satu patung, maka kepala patung akan menoleh dan dia akan menatap mata Anda.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari