"Mata uang asing," ujarnya, "diperlukan guna membeli peralatan militer, termasuk senjata-senjata dari Rusia dan China, dan menjadi dukungan bagi operasi brutal militer melawan warga Myanmar."
Seorang juru bicara Uni Eropa menolak berkomentar mengenai hal ini.
"Proses persiapan, berdiskusi dan mengadopsi daftarnya bersifat rahasia," ujarnya.
"Guna menghormati sifat kerahasiaan proses ini, kami tidak dalam posisi menyebarkan informasi lebih banyak."
Analis mengatakan mungkin jika pengumuman dibuat minggu lalu oleh firma energi global TotalEnergies dan perusahaan migas AS, Chevron yang menarik diri dari Myanmar.
Mengutip situasi HAM yang memburuk adalah alasan bagi penundaan dari Uni Eropa.
TotalEnergies beroperasi di proyek gas lepas pantai Yadana bersama Chevron, Produksi Eksplorasi dan Produksi PTT Thailand serta MOGE dari Myanmar.
TotalEnergies memiliki saham mayoritas di perusahaan gabungan dan menjalankan operasi harian, sementara MOGE mengumpulkan pendapatan untuk negara Myanmar, yang rekening banknya dikendalikan oleh junta.
Diyakini jika TotalEnergies hanya akan legal menghentikan pembayaran kontrak ke MOGE, dan kepada rezim militer itu, jika sanksi diterapkan kepada firma gas Myanmar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini