Intisari-online.com - Israel disebut memiliki niatan untuk bergerak sendiri, tanpa perlu meminta izin pada Amerika untuk menyerang sebuah negara.
Berbicara di Channel 12 (Israel) pada 31 Desember, Menteri Luar Negeri Yair Lapid menegaskan bahwa negaranya dapat menggunakan kekuatan untuk membatasi pengembangan nuklir Iran tanpa memberi tahu Presiden AS Joe Biden.
Lapid menekankan bahwa Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi keamanannya tanpa izin siapa pun untuk itu.
"Sudah terbukti sejak hari pertama kita mendirikan negara ini," kata Yair Lapid.
Dalam wawancara 31 Desember, ia ditanya apakah Israel memiliki kemampuan untuk menyerang fasilitas pengayaan uranium dan depot senjata di Iran.
Serta Israel memiliki sarana untuk berhasil melakukan serangan, pekerjaan seperti itu atau tidak.
"Israel memiliki kemampuan yang tidak dapat dibayangkan oleh dunia, dan bahkan beberapa ahli di bidangnya," kata Lapid.
Menurut saluran RT, pihak berwenang Israel telah merencanakan serangan potensial terhadap Iran sejak negosiasi pemulihan perjanjian nuklir 2015 (Rencana Aksi Komprehensif Bersama - JCPOA) antara kedua negara.
Sementara, kekuatan besar dengan Iran mulai dilanjutkan kesepakatan itu di bawah administrasi Biden.
Teheran menyatakan skeptis tentang peringatan yang datang dari Israel.
Menyebut mereka "ancaman klise", tetapi masih bersumpah untuk menanggapi dengan keras setiap agresi dari Israel.
Di bawah JCPOA, Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi Barat.
Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump tiba-tiba menarik AS keluar dari JCPOA, menyebutnya sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah ada".
Saat itu, Israel menyatakan setuju dengan posisi Trump, menentang keras kesepakatan tersebut, yang diklaim tidak cukup untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Dalam sebuah wawancara pada tanggal 31 Desember, berbicara tentang pihak-pihak yang kembali ke negosiasi untuk menemukan cara untuk memulihkan JCPOA.
Yair Lapid mengatakan, "Israel tidak menentang kesepakatan yang baik, tetapi hanya melawan yang salah."
Pejabat pertahanan Israel mengatakan pada 1 Januari bahwa tentara akan menanggapi dua roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza pada pagi hari di hari yang sama.
Menurut situs berita Walla, Israel telah mengirim pesan kepada mediator Mesir bahwa mereka menganggap penembakan rudal itu sebagai masalah serius, terutama setelah seorang warga sipil Israel ditembak di perbatasan Gaza pada 29 Desember.
Pejabat pertahanan Israel mengatakan insiden perbatasan dan peluncuran rudal tidak dapat diterima.
Sementara itu, televisi Al-Mayadeen, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Hamas telah memberi tahu mediator Mesir bahwa jika Israel menyerang di Gaza, mereka akan merespons.