Intisari - Online.com -Korea Utara (Korut) tembakkan apa yang tampaknya rudal balistik dengan jangkauan terjauh sejak 2017 pada hari Minggu.
Aktivitas ini menjadi kunci meningkatkan program senjata Korut dan tanda akan ada tes lebih besar dilaksanakan di sana, menurut Presiden Korea Selatan.
Dikutip dari CNN, baik pemerintah Jepang dan Korea Selatan melaporkan peluncuran Rudal Balistik Jangkauan Menengah (IRBM) dengan pejabat di Tokyo mengatakan rudal itu mencapai ketinggian 2000 kilometer dan jangkauan 800 kilometer sebelum jatuh ke perairan di pantai timur Semenanjung Korea.
"Jika rudal ditembakkan di puncak normal, jangkauannya akan mencapai 3500-5500 kilometer, membuatnya Rudal Balistik Jangkauan Menengah (IRBM) dan tes terlama Korea Utara sejak 2017," ujar Joseph Dempsey, rekan peneliti pertahanan dan analisis militer di Institut Studi Strategis Internasional di London.
Sebuah penilaian AS juga menemukan peluncuran yang menjadi IRBM, kemungkinan KN-17, yang juga dikenal sebagai Hwasong-12, menurut laporan seorang pejabat AS dengan pengetahuan langsung atas isu ini.
Sebuah IRBM juga mampu menyerang wilayah Guam milik AS di Samudra Pasifik.
Peluncuran hari Minggu di Pyongyang merupakan peluncuran rudal balistik keenam di tahun 2022 dan pengujian rudal ketujuh secara keseluruhan.
Rezim Kim Jong Un sedang menyelesaikan pengujian rudal di tahun 2022 dan telah mengatakan akan memperkuat pertahanan mereka melawan AS dan mengevaluasi "memulai kembali semua aktivitas tertunda secara sementara," menurut media pemerintah Korea Utara KCNA.
Dempsey mengatakan peluncuran hari Minggu ini menunjukkan Korea Utara mungkin melakukan yang mereka inginkan.
"Mengikuti sanksi 2018 dengan moratorium tes nuklir jangka panjang, mereka telah menguji rudal balistik jangka panjang (SRBM) dan jangka menengah (MRBM) yang terbatas," ujar Dempsey.
Dasar dari semua pengujian terbaru adalah Kim "memiliki keinginan menguji semua simpanannya" dan tidak peduli jika Washington melihatnya, papar pejabat AS.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan Korea Utara hampir melanggar moratorium Rudal Balistik Antar Benua, senjata yang secara teori dapat menyerang pulau utama AS, dan pengujian nuklir.
Presiden Moon yang mengadakan rapat Dewan Keamanan Nasional darurat mengikuti peluncuran itu, mengatakan Korea Utara menunjukkan pola serupa tahun 2017, ketika pengujian dimulai dengan IRBM, sebelum pindah ke peluncuran rudal balistik jarak panjang.
Kamis kemarin, Korea Utara menembakkan apa yang tampaknya rudal balistik jarak pendek ke lautan di pantai timur negara itu.
Dua hari sebelumnya, mereka menembakkan apa yang tampaknya rudal jelajah ke perairan yang sama.
Pada 17 Januari, Pyongyang menguji "rudal arahan taktis" yang merupakan rudal balistik jarak pendek, papar KCNA.
Korea Utara mengklaim telah berhasil menguji penembakan rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari, dan apa yang diperkirakan menjadi rudal balistik jangka pendek dari kereta pada 14 Januari.
Pyongyang dilarang oleh hukum internasional mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklir.
Setelah pengujian dari kereta itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menegur Washington untuk postur AS melawan perkembangan senjata Pyongyang.
"Jika AS mengadopsi langkah konfrontasi seperti itu, DPRK akan dipaksa mengambil reaksi lebih kuat dan pasti dari itu," ujar juru bicara itu, merujuk pada negara itu dengan menyebut nama resmi Korea Utara.
Dalam pernyataan terbaru oleh KCNA, seorang juru bicara membela hak Korea Utara untuk memperkuat persenjataannya, mengatakan "perkembangan terbaru dari senjata tipe-baru hanyalah bagian dari upaya modernisasi kemampuan pertahanan nasional."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini