Penulis
Intisari-Online.com - Seorang pembelot asal China dilaporkan telah pergi ke Barat.
Tapi dia bukan sembarang pembelot. Melainkan seorangilmuwan roket China.
Perginya ilmuwan roket asal China itu kemungkinan bisa membuat Amerika Serikat (AS) dan Inggris mempercepat program pertahanan terhadap penggunaan rudal hipersonik.
China diketahui membutuhkan waktu dua tahun untuk mengubah sistem rudal hipersonik.
Digambarkan sebagai teknisi roket, warga negara China itu bergabung dengan Aviation Industry Corp of China milik negara.
Itu adalah tempat di mana ia membantu mengembangkan kendaraan luncur hipersonik jarak menengah yang mampu membawa rudal DF-17 ke jangkauan hingga 2.000 mil.
Sumber mengatakan ilmuwan itu berusia 30-an dan telah terhubung dengan sistem pengiriman rudal hipersonik yang lebih baru.
Di mana rudal itu dapat mengelilingi dunia sebelum turun dari luar angkasa dan menggunakan teknologi pencari panas untuk menyerang target apa pun di Bumi.
Terlepas dari keberhasilannya yang nyata, rupanya dirinya tetap membelot.
Ada dugaan itu tidak lepas saat diamelakukan kontak dengan aset intelijen Inggris di Hong Kong pada akhir September tahun lalu.
Selama pendekatan tentatif pertama itu, dia memberi tahu perantara bahwa dia memiliki informasi terperinci tentang kendaraan luncur hipersonik.
Sadar dia akan membocorkan rahasia negara dan hanya hukuman mati yang bisa dia terima, maka diamenuntut suaka untuk dirinya, istri, serta anaknya.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Senin (24/1/2022), pemintaan sang pembelot disetujui.
MI6 mengirim tim berisi tiga orang, yang terdiri dari dua perwira intelijen dan seorang spesialis teknis, untuk dikerahkan ke Hong Kong.
CIA juga diberitahu.
Mereka sangat berhati-hati terkait hal ini. Lalu muncul sebuah rencana.
Di mana dia dan keluarganya akan melakukan perjalanan ke bekas jajahan Inggris, menggunakan rute yang dikembangkan secara khusus.
Sesampai di sana, ilmuwan itu dibawa ke lokasi yang aman di mana dia ditanyai oleh dua pria dan seorang wanita yang membentuk tim MI6.
Tim MI6 bergabung dengan tim dua orang dari CIA.
Satu hari diberikan untuk tanya jawab yang panjang sebelum pengaturan dibuat untuk terbang ke lokasi yang lebih aman - pangkalan udara AS di Jerman - kemudian ke AS melalui Inggris.
Diketahui AS masih berada di belakang Rusia dan China terkait rudal hipersonik.
Sementara senjata hipersonik China bergerak lebih cepat dari Mach 5 dan tidak bisa dihadapi oleh rudal balistik musuh.