Tanpa Pandemi Virus Corona Sekalipun, Warga Korea Utara Memang Sulit Keluar dari Bencana Kelaparan, Pembelot Ini Bongkar Kondisi Mengejutkan Pertanian di Korea Utara

Mentari DP

Penulis

Korea Utara alami bencana kelaparan yang mengerikan.

Intisari-Online.com - Korea Utara sedang mengalami bencana kelaparan yang mengerikan.

Bencana kelaparandiKorea Utara bahkan bisa lebih mengerikan daripada sebelumnya.

Kondisi mengerikan Korea Utara itu disampaikan oleh seorang pria yangmelarikan diri dari negara tertutup itu.

Baca Juga: Saat Seluruh Dunia Soroti 'Menghilangnya' Kim Jong-Un, Tanpa Disadari Korea Utara Telah Membangun Kekuatan Militer Terbesarnya, Ini yang Diincarnya

Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un telah memperingatkan warganya.

Di mana warga Korea Utara harus makan lebih sedikit sampai negara itu dapat membuka kembali perbatasannya dengan China.

Dilansir dariexpress.co.uk pada Senin (29/11/2021),Timothy Cho melarikan diri dari Korea Utara pada usia 17 tahun dan sekarang dia tinggal diDenton, Greater Manchester.

Cho bercerita bahwa Korea Utara sangat bergantung pada impor makanan. Khususnya dari China.

Ini karenasebagian besar hasil pertaniannya hancur setelah banjir dahsyat selama musim panas.

Cho mengatakanjika muncul bencana alam lainnya, maka negaranya akan hancur.

Baca Juga: Bencana Kelaparan Tak Lama Lagi Akan Menimpa Korea Utara, Kim Jong-Un Malah Perintahkan Warga Korea Utara Makan Angsa Hitam,Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala

Bahkan angka kematian bisamelonjak melewati perkiraan tiga juta orang yang meninggal selama 'Arduous March', periode kelaparan massal di Korea Utara antara 1994 dan 1998.

Cho, yang tunawisma dan disiksa di penjara sebelum melarikan diri, percaya dampak bencana alam pasca-Covid-19 akan menyebabkan tragedi yang tak terhitung.

"Jika kita melihat bencana besar lainnya, itu akan menghancurkan negara," ungkap Cho.

"Ini akan lebih buruk dari Arduous March."

"Tidak akan mungkin mereka bisa bertahan."

"Satu-satunya cara mereka bisa bertahan adalah jika mereka berhenti menghabiskan uang untuk pengembangan nuklir."

Namun sepertinya pemerintahan Korea Utara tidak berniat mengurangi uang untuk pengembangan nuklir.

Sebaliknya mereka menaikkan harga makanan.

SejakDesember 2020 hingga Juni 2021, hargamakanan pokok, seperti jagung melonjak hingga dua kali lipat.

Satu kilo jagung, yang menjadi alternatif pengganti beras, naik menjadi 3.137 won (Rp37.624).

Karena pertanian hancur, makaKorea Utara sangat bergantung pada impor dari China.

Tetapi pandemi virus corona membuat Korea Utara ketakutan dan langsung menutup perbatasan.

Baca Juga: Langsung Bikin Seantero Dunia Jantungan, Korea Utara Mendadak Tembakkan Rudal Balistik ke Perairan Jepang, Diduga Hal Ini yang Jadi Pemicunya

"Untuk saat ini hingga bulan Desember, warga Korea Utara mungkin dapat bertahan hidup," tambah Cho.

“Tapi jumlahnya cukup kecil sehingga antara Februari dan Maret, orang perlu mencari makanan pengganti."

Dia sebelumnya mengatakan: “Warga Korea Utara kelaparan jauh sebelum pandemi dimulai."

"Krisis Covid-19 hanya memperburuk situasi yang sudah buruk."

“Traktor, pupuk, pestisida, dan bahan lainnya tidak lagi terjangkau, dengan perbatasan yang tertutup membuat harga melonjak, membuat produksi pangan menjadi lebih sulit dari biasanya."

“Pasokan makanan dari luar Korea Utara, baik yang diimpor secara resmi atau diselundupkan di pasar gelap, juga sebagian besar telah diblokir dengan penutupan perbatasan Covid-19."

“Saya telah melihat kematian orang-orang terdekat saya di depan mata saya sejak saya masih kecil."

"Ada isolasi, kelaparan, kegelapan, penindasan, dan penganiayaan yang sedang berlangsung."

"Namun pihak berwenang Korea Utara terus mengatakan, 'Kencangkan ikat pinggang Anda dan ikuti para pemimpin kami yang terkasih'," tutupnya.

Baca Juga: Korea Utara di Ambang Kelaparan, Sok-sokan Tutup Perbatasan dengan China, Justru Rakyat Korea Utara Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahannya Sendiri

Artikel Terkait