Find Us On Social Media :

Digambarkan Sebagai Sosok Raja Bijaksana dengan Pemerintahan yang Aman Karena Hubungan Baik dengan VOC, Inilah Pangeran Puger yang Harus Terlibat Konflik untuk Menduduki Takhta Mataram

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 Januari 2022 | 15:10 WIB

Pakubuwono I

 Intisari-Online.com – Sri Susuhunan Pakubuwana I dikenal juga sebagai Sunan Ngalaga atau Pangeran Puger, memerintah Kerajaraan Mataram Islam sebagai raja yang ketujuh.

Pakubuwana I memerintah Mataram antara 1704-1719.

Dalam kronik Jawa (babad), sosoknya digambarkan sebagai seorang penguasa yang bijaksana dan agung.

Pangeran Puger alias Pakubuwana I adalah putra Amangkurat I (penguasa Mataram keempat) yang lahir di Plered, Yogyakarta, pada tahun 1648.

Ibu Pangeran Puger adalah Ratu Weton, yang merupakan permaisuri kedua Amangkurat I, berasal dari Kajoran, dan masih keturunan Kesultanan Pajang.

Lahir dengan nama Raden Mas Drajat, kemudian diangkat menjadi putra mahkota (adipati anom) dengan gelar Pangeran Puger.

Ketika keluarga ibunya terbukti mendukung pemberontakan Trunojoyo, Amangkurat I mencabut gelar putra mahkota darinya.

Bila dilihat dari silsilah keluarga Mataram, maka Pangeran Puger merupakan cucu Sultan Agung (penguasa Mataram ketiga) sekaligus adik tiri Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II (penguasa Mataram kelima) dan paman Amangkurat III (penguasa Mataram keenam).

Baca Juga: Didirikan Setelah Runtuhnya Majapahit, Inilah Kerajaan Bangli, yang Berdiri Setelah Penguasa Bali dan Lombok Bagi Kerajaannya Jadi Sembilan

 Baca Juga: Terletak di Kalimantan Timur dan Bercorak Hindu, Inilah Kerajaan Kutai Martadipura yang Miliki Bukti Peninggalan Sejarah Tertua, Ketika Runtuh Kerajaan Ini Berubah Menjadi Kerajaan Islam

Puncak pemberontakan Trunojoyo, pangeran Madura,  itu terjadi pada tahun 1677, yang melancarkan serangan besar-besaran ke ibu kota Kesultanan Mataram yang terletak di Keraton Plered.

Akibat serangan tersebut, Amangkurat I melarikan diri ke barat, lalu dia menugasi Raden Mas Rahmat (adipati anom) untuk mempertahankan istana, yang ditolaknya dan memilih ikut mengungsi.