Kerajaan Tertua di Nusantara, Inilah 6 Fakta Salakanagara yang Merupakan Leluhur Suku Sunda dan Punya Sebelas Raja

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Kerajaan Salakanagara

Intisari-Online.com -Salakanagara merupakan salah satu kerajaan yang pernah berjaya di wilayah Nusantara.

Wilayah kekuasaannya mencakup wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat saat ini.

Kerajaan ini diyakini berkuasa sejak tahun 130-362 Masehi.

Melansir Kompas.com, Keberadaan Kerajaan Salakanagara diyakini menyusul adanya karya sastra berjudul Pusaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara 1.1 (PRBN 1.1).

PRBN 1.1 ini disusun pada tahun 1599 Saka atau 1677 Masehi oleh Pangeran Arya Carbon atau Pangeran Wangsakerta dari Cirebon.

Berikut beberapa fakta terkait Kerajaan Salakanagara:

1. Leluhur Suku Sunda

Salakanagara dipercaya sebagai leluhur Suku Sunda.

Baca Juga: Majapahit Malah Tak Masuk Daftar, 4 Kerajaan Asal Indonesia Ini Masuk Kerajaan Terlama di Dunia, di Antaranya Ada Kerajaan-kerajaan Islam Ini

Baca Juga: Seisi Eropa Menahan Napas! Belum Sempat Gempur Ukraina, Rusia Malah Kirim Kapal Perangnya ke Lokasi Musuh Ini, Seluruh Kapal Perang Telah Berkumpul

Kesimpulan ini diambil lantaran wilayah yang disebutkan sebagai kekuasaan Salakanagara berada persis di wilayah peradaban Sunda berkembang.

Selain itu, Salakanagara juga menjadi leluhur kerajaan-kerajaan yang berdiri di Tatar Sunda pada masa berikutnya.

Sebut saja Kerajaan Tarumanegara, yang didirikan oleh Jayasinghawarman, seorang maharesi dari Calangkayana.

Disebutkan, Jayasinghawarman ini merupakan menantu dari Raja Dewawarman VIII, atau raja terakhir Salakanagara.

Setelah Kerajaan Tarumanegara berdiir, Salakanagara kemudian menjadi salah satu kerajaan yang berada di bawahnya.

2. Kerajaan Tertua di Nusantara

Kerajaan Salakanagara dalam PRBN 1.1 disebutkan sebagai kerajaan tertua yang ada di Nusantara, terutama di Jawa.

Dalam PRBN itu dijelaskan bahwa Kerajaan Salakanagara berdiri pada tahun 130 Masehi, dengan raja pertama bernama Raja Dewawarman, yang berasal dari India.

Baca Juga: Pernah Ditaklukan Majapahit Hingga Pernah Dicaplok Indonesia Pasca Kemerdekaan, Rupanya 6 Negara Ini Pernah Jadi Bagian dari Indonesia, Sebagian Besar di Asia Tenggara?

Baca Juga: Dibentuk Setelah Runtuhnya Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Karangasem, yang Berdiri Setelah Penguasa Bali dan Lombok Membagi Kerajaannya Jadi Sembilan

Awalnya, di daerah yang kemudian berdiri Kerajaan Salakanagara itu hidup seorang tokoh bernama Aki Tirem. Aki Tirem ini bukan orang asli sana.

Nenek moyangnya berasal dari Sumatera dan Hujung Mediini atau Semenanjung Malaya.

Suatu hari, kampung Aki Tirem sedang dijarah oleh sekelompok perampok.

Di saat yang bersamaan, Dewawarman bersama pengikutnya datang.

Mengetahui kekacauan itu, dia lantas membantu Aki Tirem untuk mengusir perampok.

Atas jasanya itu, Dewawarman akhirnya dinikahkan dengan putri Aki Tirem.

Dewawarman lantas menetap di kampung Aki Tirem.

Sepeninggal Aki Tirem, Dewawarman menjadi pemimpin di daerah itu.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Sriwijaya Bikin Geram Kerajaan India Sampai Menyebabkan Peperangan, Penyebabnya Cuma Perkara Hubungan Sriwijaya dan China Ini

Baca Juga: Berdirinya Kerajaan Singasari dan Kisah Pergantian Raja-rajanya yang Diwarnai Dendam Berantai

Dia kemudian menobatkan diri menjadi raja. Adapun gelar Dewawarman adalah Dharmolokapala Dewawarman Hajin Raksagapurasagara.

Dari tahun pendirian Salakanagara ini, maka dapat disimpulkan bahwa ini merupakan kerajaan tertua di Nusantara.

3. Memiliki 11 Orang Raja

Selama berdiri dari 130-362 Masehi atau selama 232 tahun, Kerajaan Salakanagara diperintah oleh 11 orang raja.

Mereka adalah Dewawarman I (130-168 M), Dewawarman II (168-195 M), Dewawarman III (195-238 M), Dewawarman IV (238-252 M). Kemudian Dewawarman V (252-276 M), Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M) Dewawarman VI (289-308 M).

Berikutnya Dewawarman VII (308-340 M) Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M) Dewawarman VIII (348-362 M) Dewawarman IX (362 M).

4. Baru Dibicarakan Pada Tahun 1980-an

Arkeolog Agus Arif Munandar (2012) dalam Kerajaan Salakanagara Berdasarkan Data yang Tersedia menyebutkan Kerajaan Salakanagara baru menjadi perbincangan pada tahun 1980-an.

Baca Juga: Kerajaan Kendan, Berawal dari Hadiah hingga Menjadi Kerajaan yang Berada di Bawah Lindungan Kerajaan Tarumanegara

Baca Juga: Heboh Saat Harta Karunnya Mulai Bertebaran di Sungai Musi,Terkuak Kemasyuran Kerajaan Sriwijaya Ternyata Begitu Melegenda Hingga ke Mancanegara, Pulau Emas Bukan Apa-apa!

Menurutnya, sebelum tahun itu, belum ada diskusi tentang kerajaan ini di kalangan ahli sejarah kuno di Indonesia.

Munandar menduga, kurangnya perbincangan tentang kerajaan ini lantaran data yang menunjangnya cukup minim, yaitu dari naskah sastra PRBN 1.1.

Dalam meneliti sejarah, sebuah kerajaan dinyatakan kuat jika didukung data berupa prasasti, tinggalan arkeologis, karya sastra sezaman, berita asing, karya sastra masa kemudian, mitos dan legenda, serta interpretasi ahli.

Sementara Salakanagara, data yang tersedia hanya karya sastra masa kemudian yaitu Naskah Wangsakerta.

Itupun, Naskah Wangsakerta disusun pada abad ke-16, sementara Kerajaan Salakanagara disebutkan sudah muncul sejak tahun 130 masehi.

Meski demikian, Munandar menduga tidak ditemukannya bukti arkeologis ini lantaran Salakanagara merupakan kerajaan proto-sejarah yang masih belum dapat dipastikan keberadaannya.

Nantinya, lanjut Munandar, jika bukti-bukti lain sudah ditemukan, dan dapat dihubungkan dengan Salakanagara, maka kerajaan ini bisa dipastikan keberadaannya.

5. Letak Kerajaan Salakanagara

Baca Juga: Inilah Kerajaan Sumedang Larang, Pecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang Jadi Bawahan Kesultanan Mataram Islam, Salah Satu Rajanya Pernah Gunakan Keris Naga Sasra untuk Diplomasi Salaman dengan Belanda

Baca Juga: Ini Dia Berbagai Sumber Sejarah Kerajaan Kediri yang Masih Lengkap

Adapun letak kerajaan ini berada di Jawa bagian barat, dan sempat mengalami tiga kali perpindahan.

Pertama ada di Teluk Lada (Pandeglang, Banten), kemudian Condet (Jakarta), dan ketiga Gunung Salak (Bogor).

Dalam Naskah Wangsakerta, Teluk Lada disebut dengan Rajatapura, yaitu pusat pemerintahan.

Sementara letak kerajaan di Condet, berjarak 30 kilometer dari Pelabuhan Sunda Kelapa.

Di daerah ini terdapat aliran sungai bernama Sungai Tiram, yang diyakini berasal dari nama Aki Tirem.

Sedangkan Gunung Salak di Bogor merupakan gunung yang memiliki warna keperakan ketika siang hari.

Dalam bahasa Sunda, Salakanagara memiliki arti Kerajaan Perak. Sehingga diyakini adanya kemiripan nama antara Salaka dan Salak.

6. Artefak Peninggalan

Baca Juga: Tak Setenar Majapahit, Kerajaan Huristak Justru Tak Tersentuh oleh Penjajah, Bahkan Menjadi Basis Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Baca Juga: Inilah Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang Masih Ada, Apa Saja?

Salakanagara Dalam perkembangannya, ditemukan beberapa artefak yang diduga merupakan peninggalan Kerajaan Salakanagara.

Salah satunya terletak di Kampung Pamatang, Mekarwangi, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.

Pada tahun 2020 lalu, di daerah itu ditemukan artefak berupa batu congcot, batu remeh, serta lingga, yoni, dan bayi gajah atau biasa disebut Shiva Family.

Selain itu, ditemukan pula artefak kepala gajah Ganesha dalam ukuran besar yang biasa disebut dengan nama Gajah Gumarang oleh masyarakat sekitar.

Melansir rri.co.id, lokasi sekitar penemuan artefak tersebut sedang dibenahi dan ditata ulang, sehingga dapat menjadi destinasi wisata sejarah.

Selain penemuan ini, para peneliti juga menyebut adanya titik temu antara naskah Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara dengan prasasti peninggalan Tarumanegara.

Melansir Natgeo Indonesia, salah satunya adalah Prasasti Tugu Kopi di Ciareteun Ilir, Bogor, Jawa Barat.

Dalam prasasti itu disebutkan beberapa informasi seputar Raja Tarumanegara yang berasal-usul dari sejarah Salakanagara.

Baca Juga: Jadi Kisah Perselingkuhan Paling Panas dalam Jagat Sejarah Kerajaan, Asmara 'Cacat' Lancelot dan Guinevera Akhiri Kedigdayaan Raja Paling Legendaris Seantero Inggris

Baca Juga: Sejarah Lengkap Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai yang Lebih Tua dari Dinasti Utsmani Turki

(*)

Artikel Terkait