Berdirinya Kerajaan Singasari dan Kisah Pergantian Raja-rajanya yang Diwarnai Dendam Berantai

Khaerunisa

Penulis

Kitab Pararaton, salah satu sumber sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit.

Intisari-Online.com - Sejarah berdirinya Kerajaan Singasari tak bisa lepas dari kisah pendirinya Ken Arok, yang juga sering ditulis sebagai Ken Angrok.

Kisah hidup Ken Arok begitu terkenal diwarnai dengan petualangan, pengkhianatan, dan tragedi.

Kisah Kerajaan Singasari dan Ken Arok dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Negarakertagama.

Menurut Kitab Pararaton, asal-usul Ken Arok sebenarnya tidak diketahui secara pasti.

Ken Arok diduga lahir pada 1182 masehi dari keluarga petani miskin yang tinggal di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur.

Setelah lahir dan dibuang oleh ibunya, Ken Arok tumbuh dewasa menjadi pencuri licik yang juga melakukan banyak tindak kejahatan.

Kisahnya berlanjut pada pertemuannya dengan Mpu Lohgawe, yang yakin bahwa Ken Arok adalah titisan Wisnu.

Kehidupannya mulai berubah, dia menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (camat) di daerah Tumapel.

Baca Juga: Kerajaan Kendan, Berawal dari Hadiah hingga Menjadi Kerajaan yang Berada di Bawah Lindungan Kerajaan Tarumanegara

Baca Juga: Pantas Saja Ukraina Makin Berani MeskiBisaDiserbu Rusia Kapan Saja, Rupanya Amerika dan Sekutu Lainnya Telah Lakukan Hal Ini, Ukraina Langsung Jadi Kuat

Tetapi, ia malah tertarik pada istri majikannya, seorang wanita cantik yang bernama Ken Dedes.

Dengan siasat licik, Ken Arok akhirnya menyingkirkan Tunggul Ametung. Kemudian menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan memperistri Ken Dedes.

Saat dinikahi Ken Arok, Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang kemudian diberi nama Anusapati.

Kemudian, setelah menjadi Akuwu Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan para Brahmana untuk menaklukkan Kerajaan Kediri.

Serangannya pun berhasil hingga memaksa Raja Kertajaya menyerahkan kekuasaan kepada Ken Arok dan kerajaan dipindah ke Singasari.

Ken Arok menjabat sebagai raja pertama Tumapel, yang kemudian lebih dikenal Singasari, dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada 1222 M.

Sementara masa kejayaan Kerajaan Singasari berlangsung pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, yang berkuasa antara 1272-1292 M.

Termasuk Ken Arok, raja-raja Singasari tak lama menduduki tahta. Ini tak lepasdari dendam berantai yang berkaitan dengan berdirinya kerajaan ini.

Baca Juga: Kisah Misteri Kapal Hantu Perang Besar Zebrina, ‘Gentayangan’ Tanpa Ditemukan Awak Kapal Sama Sekali di Atasnya dengan Kondisi Kapal Masih Baik dan Utuh, Apa yang Terjadi?

Dalam kitab Pararaton, disebutkan raja-raja Singasari yaitu: Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247 M), Anusapati (1247 - 1249 M), Tohjaya (1249 - 1250 M), Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272 M), dan Kertanagara (1272 - 1292 M.

Sementara menurut kitab Negara Kertagama, yaitu: Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227 M), Anusapati (1227 - 1248 M), Wisnuwardhana (1248 - 1254 M), Kertanagara (1254 - 1292 M).

Berikut ini kisah pergantian Raja-raja Singasari yang terkenal:

1. Ken Arok

Ken Arok hanya memerintah Kerajaan Singasari selama lima tahun, karena ia dibunuh pada 1227 oleh orang suruhan Anusapati, anak Ken Dedes dan Tunggul Ametung.

Anusapati membunuh Ken Arok dengan Keris Mpu Gandring, yang sebelumnya digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung.

2. Anusapati (1227 - 1248 M)

Setelah membunuh Ken Arok, Anusapati pun menggantikan ayah tirinya sebagai raja Kerajaan Singasari.

Baca Juga: Sok-sokan Beri Utang Sana-sini demi Dicap Negara Adidaya, Kini China Kena Batunya, Perekenomian Negeri Panda Diprediksi Runtuh di Tahun 2022 Gara-gara Hal Ini

Baca Juga: Sekilas Tampak Ganjil, Menaruh Mangkuk Berisi Beras Jika Ditaruh di Dalam Lemari Pakaian Justru Bisa Berikan Hasil Luar Biasa Ini

Selama 21 tahun pemerintahannya, tidak banyak diketahui tentang keadaan Kerajaan Singasari.

Dendam berlanjut, Anusapati kemudian dibunuh oleh Tohjaya, putra Ken Arok dengan istri pertamanya, Ken Umang.

Pembunuhan Anusapati pun dikisahkan menggunakan Keris Mpu Gandring.

3. Tohjaya (1248 M)

Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya naik takhta sebagai raja ketiga Kerajaan Singasari.

Masa pemerintahannya pun hanya berlangsung beberapa bulan.

Terjadi pemberontakan usai Tohjaya berniat membunuh kedua keponakannya, yaitu Ranggawuni (putra Anusapati) dan Mahisa Campaka (putra Mahisa Wonga Teleng).

Keduanya dianggapnya berbahaya terhadap kelangsungan takhta.

Baca Juga: Selama Ini Kita Salah Kaprah, Suntikan Vaksin Covid-19 Disebut oleh Ilmuwan Tidak Memberikan Efek Samping, Inilah Penyebab Efek Samping Tersebut Muncul

Baca Juga: Pantas Baik Amerika Atau Ukraina Ketar-Ketir Meski Belum Ada Serangan Dari Rusia, Rupanya Negeri Beruang Merah Punya Alasan Lakukan Serangan Dadakan, Ini Alasannya!

Namun, Lembu Ampal yang ditugaskan untuk membunuh mereka justru berbalik mendukung kedua pangeran tersebut dan berhasil menghimpun dukungan dari angkatan perang Tumapel.

Maka terjadilah pemberontakan yang menyebabkan Tohjaya tertusuk tombak. Ia berhasil melarikan diri, tetapi akhirnya meninggal karena lukanya.

4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1248 - 1272 M)

Ranggawuni dinobatkan sebagai raja Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Haya Wisnuwardhana.

Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh Mahisa Campaka. Mereka berkuasa selama 20 tahun dengan pemerintahan yang terbilang stabil.

5. Kertanegara (1272-1292 M)

Inilah raja terakhir Singasari. Kertanegara adalah putra dari Ranggawuni yang berhasil mengantarkan Kerajaan Singasari menuju puncak kejayaannya.

Dalam kitab Negarakertagama, Kertanegara adalah raja kerajaan Singasari yang paling terkenal dan menjadi raja yang luar biasa.

Tetapi, masa pemerintahannya pun berakhir akibat pemberontakan Jayakatwang, keturunan Raja Kertajaya, Raja Kediri.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng dan Telur di Indonesia Selangit, Australia Datang Bak Pahlawan Bawa Janji Solusi Agar Harga Pangan di Indonesia Bisa Murah Selamanya, Apa Tawaran Mereka?

(*)

Artikel Terkait