Find Us On Social Media :

Inilah Kerajaan Sumedang Larang, Pecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang Jadi Bawahan Kesultanan Mataram Islam, Salah Satu Rajanya Pernah Gunakan Keris Naga Sasra untuk Diplomasi Salaman dengan Belanda

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 19 Januari 2022 | 13:20 WIB

Keris Nagasasra yang digunakan pemimpin Sumedang Larang saat bersalaman dengan Belanda.

Intisari-Online.comKerajaan Sumedang Larang merupakan salah satu kerajaan Islam yang diperkirakan berpusat di Tatar Pasundan, tepatnya di sekitar Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Berdiri sejak abad ke-8 Masehi, namun kerajaan ini baru menjadi sebuah negara berdaulat di abad ke-16 Masehi.

Popularitasnya tidak menonjol sebagaimana Kerajaan Demak, Mataram, Banten, dan Cirebon dalam literatur sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di Indoneisa, namun kerajaan ini sebagai bukti kuatnya pengaruh di kalangan orang Sunda dalam proses penyebaran agama Islam.

Kerajaan Sumedang Larang pernah mengalami tiga periode kekuasaan,  yaitu menjadi bawahan Kerajaan Sunda-Galuh, menjadi kerajaan Islam berdaulat, dan menjadi kabupaten di bawah Kerajaan Mataram Islam.

Sebagai pecahan Kerajaan Sunda-Galuh yang bercorak Hindu, kerajaan ini awalnya bernama Tembong Agung, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih pada abad ke-8 atas perintah Prabu Suryadewata.

Pusat pemerintahan kerajaan berada di Citembong Karang, termasuk wilayah Kabupaten Sumedang.

Saat Prabu Tajimalela, putra Prabu Aji Putih, mewarisi takhta, nama kerajaan diubah menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam.

Prabu Tajimalela pernah berkata, ‘Insun medal, insun madangan’, yang artinya, ‘Aku dilahirkan, aku menerangi’.

Baca Juga: Lebih Beken Disebut Kerajaan Pajajaran, Pecahan dari Kerajaan Tarumanegara, Inilah Kerajaan Sunda dan Galuh, Dua Kerajaan di Jawa Barat yang Berbeda dengan Kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur

 Baca Juga: Bersahabat Erat dengan Majapahit Atas Pernikahan Kedua Putrinya dengan Raja dan Bangsawan Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Dharmasraya, Muncul Setelah Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kata Sumedang berasal dari kata ‘Insun madangan’, yang berubah pengucapannya menjadi ‘sun madang’, dan selanjutnya berubah menjadi Sumedang, mengutip buku Ensiklopedia Kerajaan Indonesia Jilid 4, karya Nur Asiah (2019).

Setelah itu Prabu Tajimalela digantikan oleh putranya yang bergelar Prabu Gajah Agung.