Lebih Beken Disebut Kerajaan Pajajaran, Pecahan dari Kerajaan Tarumanegara, Inilah Kerajaan Sunda dan Galuh, Dua Kerajaan di Jawa Barat yang Berbeda dengan Kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur

K. Tatik Wardayati

Penulis

Lebih beken disebut Kerajaan Pajajaran, pecahan dari Kerajaan Tarumanegara, inilah Kerajaan Sunda dan Galuh, berbeda dari Kerajaan Jateng dan Jatim.

Intisari-Online.com – Tak hanya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, atau daerah lain di Indonesia, Jawa Barat pun dahulu kala memiliki kerajaan.

Salah satu yang terkenal yang kita ketahui adalah Kerajaan Sunda, karena berada di tanah Sunda alias Jawa Barat.

Di Jawa Barat, memiliki dua kerajaan besar yang pernah berdiri setelah Kerajaan Tarumanegara, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Kedua kerajaan tersebut memiliki akar kuat sebagai identitas sejarah dan budaya masyarakat Sunda.

Sebenarnya, antara Kerajaan Sunda dan Galuh pernah bersatu dengan nama Kerajaan Sunda, dan wilayah kekuasaannya berada di wilayah Galuh.

Namun, menurut Prof. Nina Herlina Lubis, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, berdasarkan sumber primer yang digunakan oleh para peneliti, penyatuan kedua negara itu terjadi pada masa Sanjaya, Raja Sunda setelah Maharaja Trarusbawa.

Dari Prasasti Canggal disebutkan bahwa Sanjaya merebut takhta Kerajaan Galuh dari Rahyang Purbasora sekitar sebelum tahun 732 M.

Berdasarkan peninggalan sejarah, ibukota atau pusat kekuasaan Kerajaan Galuh pun berpindah-pindah.

Awalnya berada di daerah di dekat Banjar, lalu ke wilayah yang sekarang menjadi perbatasan Ciamis-Banjar, dan kembali pindah ke daerah Kawali.

Baca Juga: Bersahabat Erat dengan Majapahit Atas Pernikahan Kedua Putrinya dengan Raja dan Bangsawan Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Dharmasraya, Muncul Setelah Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Baca Juga: Dalam Tubuhnya Mengalir Darah Majapahit, Taklukkan Bali dan Palembang Bersama Mahapatih Gajah Mada, Inilah Kerajaan Pagaruyung yang Didirikan Keturunan Raden Wijaya, Runtuh Karena Masalah Adat

Di Kawali itulah ditemukan sumber yang bisa dipercaya tentang Galuh, yaitu enam prasasti yang menyebutkan berbagai peristiwa tentang Kerajaan Galuh.

Akibat sering berpindah-pindah menyebabkan perbedaan karakteristik Kerajana di Sunda dengan Kerajaan di Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Kerajaan Sunda cenderung memiliki peninggalan sejarah berupa bangunan candi yang lebih sedikit dibandingkan di wilayah tengah dan timur.

Hal tersebut karena masyarakat Sunda bukan sebagai masyarakat yang menetap, maka tak heran bila ibukota Kerajaan Galuh dan Sunda berpindah-pindah.

Menurut Nina, karena berpindah-pindah, maka tidak memiliki waktu untuk membangun candi besar. Bila di Jawa Tengah dan Jawa Timur masyarakatnya bekerja sebagai petani sawah, sehingga cukup punya waktu untuk membangun bangunan monumental.

Kerajaan yang paling dikenal oleh masyakat Sunda adalah Padjadjaran, padahal Pajajaran bukanlah nama sebuah kerajaan.

Karena, nama kerajaan yang sebenarnya adalah Kerajaan Sunda.

Menurut Nina, Pajajaran adalah ibukota atau pusat kekuasaan Kerajaan Sunda selama masa Sri Baduga Maharaja, atau Prabu Siliwangi, yaitu Pakwan Padjajaran, yang terletak di wilayah Kota Bogor saat ini.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Kerajaan Islam Pertama di Nusantara, Samudera Pasai Alami Perkembangan Pesat Karena Letaknya yang Strategis, Benarkah Kerajaan Ini Lanjutan Dinasti Usmani di Turki?

Baca Juga: Paksa Gajah Mada Gunakan Cara 'Culas' saat Niat Busuknya Jalin Hubungan Sedarah Terendus, Inilah Jaya Negara, Raja Majapahit yang Meregang Nyawa Usai Lecehkan Seorang Wanita

“Ada teori yang dikemukakan Robert von Heine-Geldern, kerajaan di Asia Tenggara umumnya disebut dengan nama ibukotanya,” kata Nina.

Dalam kepercayaan masyarakat, ibukota kerajaan diyakini sebagai pusat mikrokosmos.

Maka cukup dengan menyebut nama mikrokosmos, itu berarti sudah menyebut seluruh wilayah kerajaan.

“Itu sebabnya yang beken sekarang Pajajaran. Padahal yang betul Kerajaan Sunda. Itu kita harus berpegang pada sumber primer,” ujar Nina.

Sumber primer diyakini para sejarawan sebagai bukti autentik yang bisa menjadi referensi sebuah sejarah, yang juga bisa menjadi rujukan dari beragam perdebatan yang muncul dari proses interpretasi sejarah.

Nyatanya, kerajaan Sunda sendiri tidak lepas dari adanya perdebatan, salah satunya mengenai kepercayaan Prabu Siliwangi.

Menurut Nina, kepercayaan Sri Baduga Maharaja termaktub dalam Prasasti Batu Tulis yang didirikan Prabu Surawisesa, 12 tahun setelah kematian Sri Baduga Maharaja.

Dari prasasti tersebut dijelaskan bahwa Sri Baduga Maharaja, ayah dari Prabu Surawisesa, meninggal pada 1521, jenazahnya kemudian diperabukan, karena beragama Hindu.

Baca Juga: Mulai dari Kerajaan Kutai Hingga Majapahit, Inilah Peninggalan Sejarah Hindu dan Buddha di Indonesia yang Tersebar dari Ujung Timur Hingga Barat

Baca Juga: Tunjukkan Toleransi Beragama, Candi Prambanan Dibangun pada Masa Mataram Kuno oleh Rakai Pikatan yang Menikah dengan Putri dari Wangsa yang Berbeda Agama, Namun Terlibat Perang Saudara

Maka jelas bahwa Sri Baduga Maharaja meninggal dalam keadaan beragama Hindu, berdasarkan sumber primer tersebut.

Namun, bukti sekunder menerangkan bahwa Prabu Siliwangi beragama Islam.

Menjelang akhir usia Prabu Siliwangi, mulai banyak pendatang yang menetap di Tatar Sunda, mereka tidak hanya beragama Hindu, tetapi ada pula yang beragama Buddha dan Islam.

Beragamnya kebudayaan dan agama di Tatar Sunda tersebut membuktikan bahwa Kerajaan Sunda memiliki toleransi yang tinggi, bahkan penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-14.

Baca Juga: Berdiri Sebelum Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Kuno Pertama di Jawa Timur, yang Keamanan Negerinya Terjamin, Tidak Ada Peperangan, Namun Ditaklukkan Kerajaan Mataram Kuno

Baca Juga: Kalahkan Prajurit Wanita dari Ratu yang Kuat Perkasa Bak Raksasa, Inilah Kisah Airlangga Dirikan Kerajaan Kahuripan Lanjutan Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, Berakhir Bukan Karena Musuh, Tapi Ini!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait