Find Us On Social Media :

'Gak Ada Progressnya', Perdana Menteri Singapura Julid Terhadap Langkah Pemimpin ASEAN Bawa Perdamaian di Myanmar, Ini Sebabnya Kamboja Dinyinyirin Habis-habisan Setelah Pimpin ASEAN

By May N, Rabu, 19 Januari 2022 | 10:23 WIB

Telepon antara Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Singapura bergabung dengan Indonesia, Malaysia dan Filipina yang menentang upaya Hun Sen mendekati pemerintah junta militer Myanmar

Telepon Lee dengan Hun Sen datang setelah beberapa negara Asia Tenggara lain menyatakan kekhawatiran mereka terhadap perampokan sepihak pemerintah Kamboja ke dalam diplomasi krisis.

Negara-negara yang menyatakan kekhawatiran ini termasuk yang dengan keras mendorong ASEAN untuk melarang perwakilan junta dari pertemuan mereka.

Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah mengatakan kepada reporter pada 13 Januari jika Hun Sen memiliki hak mengunjungi Myanmar sebagai perwakilan pemerintahannya sendiri.

"Namun kami juga merasa karena dia sudah menjadi ketua ASEAN, ia mungkin sudah berkonsultasi kepada beberapa pemimpin ASEAN lain dan mencari pandangan mereka mengenai apa yang harus kita lakukan dengan Myanmar," ujarnya.

Baca Juga: Kontras dengan Negara ASEAN Lain, Kamboja Mantap Pilih Memihak dengan China dan Bahkan Rela Pangkalan Militernya Dipakai China untuk 30 Tahun Guna Kalahkan AS, Begini Kondisinya

Baca Juga: Berkali-kali Ditipu Mentah-mentah oleh Lidah China yang Bak Ular, ASEAN Harusnya Sudah Kapok untuk Percaya dengan Tiongkok, Empat Hal Ini Jadi Bukti

Secara serupa, Abdul Kadir Jailain, pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan harapan jika "kepemimpinan Kamboja secara konsisten menerapkan apa yang telah disetujui dalam pertemuan ASEAN sebelumnya, yaitu penerapan Lima Poin Konsensus, dan membuat upaya untuk mencapai progress yang signifikan."

Presiden Joko Widodo mengatakan sebelumnya juga jika junta seharusnya tidak mendatangkan perwakilan dalam pertemuan ASEAN sampai ada kemajuan dalam penerapan Konsensus tersebut.

Negara keempat yang ikut dalam protes ini adalah Filipina.

Dalam pernyataan pada 16 Januari lalu, Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin mengatakan jika ia menerima kunjungan Hun Sen ke Myanmar, dan memberi kredit kepada pemimpin Kamboja itu untuk "mengakhiri pembantaian massal dan penderitaan" yang telah dialami negara itu di bawah Rezim Khmer pada akhir 1970-an.

Namun pembicaraan dengan Myanmar "harus melibatkan semua, tidak bisa memilih sedikit saja," ujar Locsin.

Ia menambahkan pembicaraan juga harus melibatkan pemerintahan yang digulingkan terutama pemimpinnya, Aung San Suu Kyi, yang telah dihukum penjara 6 tahun sejak kudeta.

Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan pembagian jelas yang ada di dalam ASEAN mengenai bagaimana menangani konflik di negara anggota paling barat.

Hal inilah yang sangat mungkin mendorong Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi untuk melakukan kunjungan resmi ke Kamboja pada minggu ini, meskipun dengan sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara daratan Kamboja yang secara aktif atau pasif mendukung gerakannya di Myanmar, kemungkinan perpecahan ASEAN masih tetap ada dan terus memperumit tanggapannya terhadap keruntuhan lambat negara itu.

Baca Juga: Namanya Tak Sebatas Dikenal Asia Tenggara hingga China, Inilah Momen Ketika Presiden Korea Selatan Singgung dan Bawa-bawa Nama Majapahit di Depan ASEAN

Baca Juga: Harus 'Tunduk' dengan Negara-negara ASEAN Lain, Ambisi Malaysia untuk Jadi Raksasa Teknologi di Asia Tenggara dengan Gandeng AUKUS Bagaikan Api dalam Sekam

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini