Kemudian pada 1684, diutuslah Tomas Dias oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malaka ke Pagaruyung.
Mulailah terbina komunikasi dan perdagangan antara VOC dan Pagaruyung, dan kerajaan ini sempat berada dalam kekuasaan Inggris antara 1795 sampai 1819.
Setelah penandatanganan Traktat London pada 1824, Belanda memastikan kembali pengaruhnya di Pagaruyung.
Runtuhnya Kerajaan Pagaruyung
Kerajaan Pagaruyung mengalami keruntuhan akibat adanya Perang Padri tahun 1803-1838).
Dimulai pada awal abad ke-19, di mana kekuasaan raja Pagaruyung mulai melemah, meski masih tetap dihormati.
Namun, permusuhan antara keluarga kerajaan dengan kaum Padri tidak dapat dicegah lagi hingga menimbulkan korban jiwa, bahkan terpaksa meminta bantuan kepada Belanda.
Sultan Alam Bagagarsyah, raja terakhir Pagaruyung, pada 10 Februari 1821, menandatangani perjanjian dengan Belanda, yang dianggap sebagai bentuk penyerahan.
Karena di dalam perjanjian tersebut menegaskan bahwa Belanda berjanji membantu perang melawan kaum Padri dan sultan akan menjadi bawahan pemerintah pusat.