Menurut Angkatan Udara AS, sekitar 90 persen dari semua pesawat yang hilang sejak tahun 1980-an ditembak jatuh dengan rudal pencari panas.
Dan pesawat tempur siluman seperti F-22 juga bisa menjadi target karena bahan pelapisnya mudah memanas di udara.
Seorang peneliti militer China mengatakan pada konferensi akademis pada tahun 2020 bahwa rudal hipersonik darat-ke-udara dapat mengejar dan menghancurkan F-22 dalam hitungan detik jika ia menembakkan rudal atau menjatuhkan bom dari jarak dekat.
Keunggulan rudal hipersonik China terlihat dari inframerahnya yang telah digunakan dalam sejumlah penerbangan uji coba.
Padahal sebelum China menggunakan teknologi itu, pemerintah dan militer AS lebih dulu menginvestasikan teknologi ini pada 1980-an dan 90-an.
Khususnya menginvestasikan sejumlah besar sumber daya dalam pengembangan teknologi pelacak inframerah berkecepatan tinggi yang digunakan untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal seperti sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Namun, sensor panas ini hanya bekerja di udara tipis di ketinggian.