Bagi Phejin, suara-suara dari anggota suku Konyak pun harus didengar.
Dalam tradisi suku ini, prajurit suku Konyak percaya bahwa tengkorak manusia memiliki kekuatan magis.
Dianggap sebagai tempat di mana ‘Yaha’ atau jiwa tinggal, maka ketika seorang prajurit Konyak akan memenggal kepala, akan membawa kebaikan bagi sukunya.
Tengkorak dianggap memiliki seluruh kekuatan jiwa, yang sangat berafiliasi dengan kemakmuran dan kesuburan, serta digunakan untuk kepentingan desa, kehidupan pribadi, dan pertanian.
Dan dari sinilah tradisi tato dimulai.
Ketika seorang prajurit memenggal musuhnya makan akan dihiasi dengan tato leher yang berharga.
Namun, jika prajurit itu hanya menjadi bagian dari kelompok berburu dan tidak memenggal kepala, maka ia hanya akan mendapatkan tato di wajah.
Tidak hanya berhubungan dengan perburuan kepala, pola-pola tato juga menunjukkan klan, mewakili keberania, status, dan prestasi.
“Bagi wanita dan anak perempuan, tato menandai transisi dalam hidup dari fase ke fase berikutnya,” tambah Phejin.