Find Us On Social Media :

Pohon Buah Ini Tumbuh Subur di Indonesia, Siapa Sangka Malah Buah Ini yang Akan Jadi Sumber Ketahanan Pangan Global!

By May N, Minggu, 17 Oktober 2021 | 17:20 WIB

Pohon sukun

Intisari - Online.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan jika ada buah yang bisa menjadi solusi ketahanan pangan global.

Hal ini bisa menjadi solusi bagi perubahan iklim.

Ialah buah sukun, yang bisa membuat persediaan makanan lebih stabil ketika planet bumi menghangat.

Pohon sukun disarankan agar banyak ditanam, karena menurut New Scientist, Selasa (12/10/2021), pemodelan iklim yang digunakan peneliti mendapatkan hasil jika pohon sukun dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis selama beberapa puluh tahun mendatang.

Baca Juga: Dapat Bunuh Sel Kanker, Buah Sukun Ternyata Miliki Manfaat Luar Biasa

"Tanaman sukun sangat produktif dan bergizi. Selain itu begitu mereka tumbuh, sukun cukup tangguh," kata Lucy Yang, peneliti dari Northwestern University di Illinois.

Sukun juga bisa dimasak dengan berbagai cara dan diubah menjadi tepung.

Sukun sendiri sekarang kurang dikenal dan terabaikan.

Hal itu membuat buah ini kurang dimanfaatkan.

Baca Juga: 10 Manfaat Sukun yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Bisa Menjaga Kesehatan Kulit lho...

Lantas, apa yang bisa kita ketahui tentang sukun?

Sukun (Artocarpus altilis) adalah pohon dari keluarga murbei (Moraceae), yang ketika buahnya sudah besar menjadi makanan pokok penduduk Pasifik Selatan dan daerah tropis lainnya.

Banyak pati terkandung di dalam sukun, dan buah ini juga jarang dimakan mentah.

Sukun sendiri bisa dipanggang, direbus, digoreng, atau dikeringkan sampai digiling menjadi tepung.

Baca Juga: Lima Butir Pancasila yang Kita Kenal Kini Ternyata Lahir di Bawah Pohon Sukun

Ada juga sukun Afrika (Treculia africana) adalah spesies sukun asli Afrika tropis.

Sukun jenis ini berbeda dengan sukun yang kita kenal dan tidak dijadikan tanaman pangan.

Pohon sukun tumbuh setinggi 12-18 meter dengan daun hijau besar, lonjong, mengkilap, tiga sampai sembilan lobus ke arah puncak.

Bunga jantan dan betina ditanggung dalam kelompok terpisah di pohon yang sama.

Baca Juga: Mengelak Ogah Ikut Campur Masalah Laut China Selatan, Siapa Sangka Indonesia Malah Kena Imbasnya Sendiri, Ini Dampak Konflik Laut China Selatan di Indonesia

Bunga jantan muncul dalam catkin berbentuk gada yang padat, sementara bunga betina atau disebut putik membentuk kepala berduri besar pada wadah spons.

Bunga putik yang berbentuk bulat inilah yang akhirnya nanti menjadi buah sukun, dengan diameternya kira-kira 10-20 sentimeter.

Jika buah sukun sudah sebesar itu, sukun yang berwarna hijau hingga kecokelatan siap dipetik.

Daging buahnya berwarna putih dan agak berserat.

Baca Juga: Tingkatkan Ketahanan Pangan, Pemerintah Dorong Akes KUR untuk Petani Milenial

Sukun sudah dibudidayakan sejak zaman kuno di Kepulauan Melayu, karenanya di daerah tersebut spesies ini dianggap tanaman endemik.

Sukun kemudian menyebar ke seluruh wilayah tropis Pasifik Selatan saat zaman prasejarah.

Pengenalannya ke Dunia Baru sangat terkait dengan perjalanan Kapten William Bligh di HMS Bounty, sebuah perjalanan yang direkomendasikan oleh Kapten James Cook.

James Cook meyakini, sukun yang dilihatnya di Kepulauan Pasifik akan sangat berguna sebagai bahan makanan untuk budak di Hindia Barat.

Baca Juga: Simpan Ini dalam ‘Bahtera Nuh’, Korea Selatan Antisipasi ‘Hari Kiamat’ untuk Ketahanan Bahan Pangan Jangka Panjang

Setelah kegagalan pelayaran pertama Bligh, yang kedua menghasilkan keberhasilan pembentukan pohon di Jamaika, di mana ia gagal memenuhi harapan karena para budak lebih menyukai pisang raja.

Banyak varietas dibudidayakan di pulau-pulau Pasifik, tetapi banyak di antaranya belum diperkenalkan ke Amerika tropis.

Pohon sukun tidak dapat mentolerir embun beku dan belum berhasil tumbuh bahkan di bagian paling selatan Florida.

Di Hindia Barat dan di daratan Amerika dari Meksiko hingga Brasil, pohon sukun ditanam di halaman rumah, dan buahnya dijual di pasar.

Baca Juga: Hibahkan Tandon Air, PT Penguin Indonesia Bantu Tingkatkan Kualitas Tanaman Hidroponik, Demi Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19

Saat ini, banyak dikembangkan sukun tanpa biji yang dibuat dengan cara stek akar.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini