Find Us On Social Media :

Walaupun Mirip, Ternyata Begini Perbedaan Antara Komunisme dan Sosialisme, Negara Mana Saja yang Terapkan Sosialisme?

By May N, Jumat, 24 September 2021 | 11:11 WIB

Peta Dunia Dunia Pertama, Kedua, dan Ketiga. Peta tersebut menunjukkan negara-negara sejajar AS di Dunia Pertama (warna hijau), negara-negara Komunis (merah), Dunia Ketiga (kuning). Negara netral Eropa (putih), dan negara-negara yang telah menjadi negara komunis dalam waktu singkat dengan warna mera

Intisari-Online.com - Sosialisme dan komunisme sama-sama merupakan filosofi ekonomi penting yang menguntungkan publik daripada kepemilikan pribadi, terutama untuk produksi, distribusi dan pertukaran barang di masyarakat.

Keduanya bertujuan memperbaiki masalah yang mereka lihat diciptakan oleh sistem kapitalis pasar bebas, termasuk eksploitasi pekerja dan kesenjangan antara kaya dan miskin.

Namun walaupun keduanya mirip, ada perbedaan mendasar antara sosialisme dan komunisme, seperti mengutip History.

Sosialisme muncul merespon perubahan ekonomi dan sosial yang ekstrim disebabkan Revolusi Industri, dan juga karena perjuangan pekerja.

Baca Juga: Bikin Syok Satu Dunia, Selama Ini Mati-matian Tuduh Bocor dari Laboratorium Wuhan, Mantan Orang Dalam Partai Komunis China Malah Bongkar Asal Usul Covid-19, Mau Disebar di Acara Ini

Banyak pekerja yang semakin miskin walaupun pemilik pabrik dan tokoh industri lain semakin kaya.

Pada paruh pertama abad ke-19, pemikir sosialis awalnya adalah Henri de Saint-Simon, Robert Owen serta Charles Fourier.

Mereka mengenalkan model mereka sendiri untuk mengatur ulang masyarakat bersamaan dengan kerjasama dan komunitas, daripada kompetisi inheren di kapitalisme, di mana pasar bebas diatur dengan suplai dan permintaan barang.

Kemudian muncullah Karl Marx, filsuf politik dan ekonom Jerman yang kemudian menjadi pemikir sosialis paling berpengaruh sepanjang sejarah.

Baca Juga: 5 Pemimpin Komunis yang Melegenda dan Hasil Propaganda Mereka

Ia bekerjasama dengan Friedrich Engels guna mempublikasikan The Communist Manifesto 1848, yang termasuk bab mengkritik model awal-awal sosialis sebagai mimpi 'utopia' yang tidak realistis.

Marx berargumen jika semua sejarah adalah sejarah kelas perjuangan, dan bahwa kelas pekerja (proletariat) bisa menang melawan kelas kapital (bourgeoisie) dan memenangkan klaim produksi sehingga menghapus semua kelas selamanya.

Komunisme dikenal juga sebagai sosialisme revolusioner, yang muncul sebagai reaksi terhadap Revolusi Industri seperti dijelaskan dalam teori Marx tapi mencapai akhir yang ekstrim.

Faktanya, pengikut Karl Marx sering merujuk kepada sosialisme sebagai fase penting antara kapitalisme dan komunisme.

Baca Juga: Pantesan Walau Bertentangan dengan Ideologi Indonesia, PKI Mudah Saja Masuk ke Indonesia, Sosok yang Membawa Paham Komunis Ternyata Bukan Orang Indonesia, Ini Sosoknya

Kunci penting perbedaan komunisme dan sosialisme

Di bawah komunisme, tidak ada kepemilikan pribadi, semua properti dimiliki secara bersama dan masing-masing orang menerima porsi sesuai kebutuhan mereka.

Pemerintahan pusat yang kua mengontrol semua aspek produksi ekonomi dan menyediakan semua kebutuhan dasar warga termasuk makanan, rumah, kebutuhan medis serta pendidikan.

Kontras dengan itu, sosialisme masih memperbolehkan individu memiliki propertinya sendiri.

Baca Juga: Kedatangannya Bawa Angin Segar Bagi Komunisme Indonesia, Inilah Muso Salah Satu Pemimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948

Namun produksi industri atau kesehatan secara umum dimiliki secara bersama dan diatur oleh pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

Kunci perbedaan lainnya adalah cara mencapainya.

Dalam komunisme, revolusi kekerasan yang artinya para pekerja naik melawan kelas menengah dan kelas atas dilihat sebagai bagian tidak terhindarkan mencapai negara yang murni komunis.

Sosialisme tidak demikian tapi menjadi ideologi yang lebih fleksibel.

Baca Juga: Ideologinya Padahal Bertentangan dengan Pancasila, Ternyata Begini Awal Mula PKI Bisa Masuk Indonesia, Ternyata Ada 2 Tokoh yang Disebut Lebih Berbahaya dari DN Aidit

Sosialisme mencari perubahan dan reformasi tapi melakukannya lewat proses demokrasi di dalam struktur sosial dan politik, tanpa menggulingkan struktur tersebut.

Dalam tulisannya di tahun 1875, Critique of the Gotha Program, Marx mengulas filosofi komunis dengan cara ini: "Dari masing-masing menurut kemampuannya, untuk masing-masing menurut kebutuhannya."

Kontras dengan itu, sosialisme didasarkan ide bahwa orang-orang akan diberi kompensasi mereka berdasarkan tingkat kontribusi individu kepada ekonomi.

Tidak seperti di komunisme, sistem ekonomi sosialis memberikan upaya individu dan inovasi.

Baca Juga: Pernah Jadi Partai Komunis Terbesar Ketiga di Dunia, Beginilah Ketika PKI Membuat Indonesia Menjunjung Komunisme dan Hampir Menjadi Negara Komunis

Demokrasi sosial yang menjadi bentuk paling umum dari sosialisme modern, fokus dalam mencapai reformasi sosial dan distribusi ulang kekayaan melalui proses demokrasi, dan bisa berdiri bersamaan dengan ekonomi kapitalis.

Praktik sosialisme dan komunisme

Dipimpin oleh Vladimir Lenin, rezim Bolsheviks menaruh teori Marxist ke dalam praktik dengan Revolusi Rusia tahun 1917, yang menuntun kepada pembentukan pemerintah komunis pertama dunia.

Komunisme benar-benar berdiri utuh di Uni Soviet sampai runtuhnya pada 1991.

Baca Juga: Dirikan Organisasi yang Jadi Cikal Bakal PKI, Inilah Henk Sneevliet dan Kisah Kedatangannya ke Nusantara

Kini, komunisme ada di China, Kuba, Korea Utara, Laos dan Vietnam.

Namun kenyataannya tidak ada pernah ada negara yang benar-benar komunis.

Negara-negara itu bisa disebut komunis karena di semua negara itu pemerintah pusat mengontrol semua aspek ekonomi dan politik.

Namun tidak ada yang telah mencapai dihapusnya kepemilikan pribadi, dihapusnya uang atau sistem kelas yang diperlukan ideologi komunis.

Baca Juga: Momen-momen Menjelang Eksekuti Mati Pemimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948, Puluhan Warga Menggali Lubang untuk 11 Tapol

Seperti itu juga, tidak ada negara di sepanjang sejarah mencapai status sosialis murni.

Bahkan negara-negara yang dianggap sebagian orang sebagai negara sosialis seperti Norwegia, Swedia dan Denmark, memiliki sektor kapitalis yang sukses dan mengikuti kebijakan yang bersifat demokrasi sosial.

Banyak negara Eropa dan Amerika Latin telah mengadopsi program sosialis, contohnya biaya kuliah gratis, jaminan kesehatan masyarakat dan tunjangan anak, dan bahkan memilih pemimpin sosialis, tentu dengan tingkat keberhasilan berbeda-beda.