Intisari-Online.com -Komunisme sebagai salah satu ideologi paling lawas di dunia lahir dari berbagai latar belakang.
Telah dibahas sebelumnya mengenai tokoh komunisme dunia, Karl Marx.
Karl Marx bisa dianggap sebagai pencetus komunisme itu sendiri.
Tokoh komunis di dunia tidak hanya Karl Marx.
Baca Juga: Pemberontakan PKI Madiun 1948: Latar Belakang, Jalannya Pemberontakan, hingga Penyelesaiannya
Ada juga Vladimir Lenin, yang menggerakkan komunisme sebagai revolusi.
Namun siapakah Lenin sebenarnya?
Mengutip BBC, Lenin adalah salah satu tokoh politik terkemuka dan pemikir revolusioner di abad ke-20.
Nama aslinya adalah Vladimir Ilich Ulyanov yang lahir di Simbirsk, Sungai Volga, Ulyanovsk, Rusia, 22 April 1870 dari keluarga kelas menengah yang terpandang dan berpendidikan.
Ia pintar di sekolahnya dan melanjutkan sekolah hukum.
Namun di universitas, ia terpapar pada pemikiran radikalisme, dan pandangannya juga dipengaruhi oleh eksekusi kakak lelakinya, anggota kelompok revolusioner.
Kakak lelakinya ikut dalam rencana membunuh Czar Alexander III.
Sedangkan keluarganya menjadi target pemerintah karena latar belakang pendidikan mereka.
Ia kemudian dikeluarkan dari kampusnya, Kazan Imperial University karena pandangannya yang sangat radikal.
Ia memang sangat radikal, ia fokus dalam bacaan politik radikal termasuk membaca tulisan dari filsuf dan sosialis Jerman Karl Marx, yang menulis Das Kapital.
Tahun 1889, Lenin menyatakan dirinya sebagai Marxist.
Kemudian Lenin menyelesaikan studi hukumnya sebagai mahasiswa eksternal tahun 1891.
Ia pindah ke St Petersburg dan menjadi revolusioner profesional, ia sempat mempraktikan hukum di sana walaupun sebentar saja.
Sama seperti rekan-rekannya saat itu, ia ditangkap dan dibuang ke Siberia, tempat ia menikah dengan Nadezhda Krupskaya.
Setelah diasingkan, Lenin menggunakan nama pena Lenin sejak 1901, dan menghabiskan 15 tahun di Eropa barat.
Di sana ia muncul sebagai tokoh kuat dalam pergerakan revolusioner internasional dan menjadi pemimpin faksi 'Bolshevik' dari Partai Buruh Demokrasi Sosial Rusia.
Baca Juga: Inilah Daftar Negara Komunis Tahun 2021 Serta Negara Mana Saja yang Melepas Status Komunisnya
Rusia kemudian memasuki Perang Dunia Satu pada Agustus 1914 mendukung Serbia dan sekutu Perancis dan Inggris, secara militer kekaisaran Rusia memang bukan tandingan untuk Jerman yang modern dan terindustrialisasi.
Partisipasi Rusia di perang membuat kekacauan: Rusia kalah dan kerusakannya lebih besar daripada yang dialami negara lain, dan terjadi kekurangan pangan serta bahan bakar.
Lenin menasihati setelah Rusia kalah, berargumen jika kekalahan ini akan mempercepat revolusi politik yang ia inginkan, saat itulah ia menulis dan menerbitkan Imperialism, The Highest Stage of Capitalism (1916) yang berargumen perang itu adalah hasil alami dari kapitalisme internasional.
Tahun 1917, kelelahan karena Perang Dunia Satu, Rusia mulai rentan dengan perubahan.
Lenin dibantu oleh Jerman yang berharap ia akan memperkecil upaya perang Rusia, kemudian Lenin kembali ke Rusia dan mulai bekerja melawan pemerintah provinsi yang membuatnya menggulingkan rezim Tsar.
Mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill menyebut gerakan oleh Jerman ini: "Mereka menyerang Rusia dengan senjata paling mengerikan, mereka memindahkan Lenin dalam truk tertutup seperti bakteri pembawa wabah."
Ia mendirikan partai revolusi Partai Bolshevik.
Ia akhirnya menuntun kepada apa yang disebut Revolusi Oktober, dan secara efektif termasuk sebagai kudeta.
Hampir 3 tahun perang sipil berjalan.
Kudeta berhasil dilancarkan dan Bolsheviks menang dan mendapatkan kontrol penuh atas negara tersebut.
Selama masa revolusi ini, yang diliputi perang dan kelaparan, Lenin menunjukkan perlakuan yang kejam terhadap warga-warga yang menderita dan tanpa ampun menghancurkan oposisi.
Walaupun Lenin kejam, ia juga pragmatis.
Baca Juga: Latar Belakang dan Jalannya Pemberontakan PKI Madiun 1948 Lengkap
Ketika upayanya mengubah ekonomi Rusia menjadi model sosialis berlangsung, ia memperkenalkan Kebijakan Ekonomi Baru, di mana berdirinya perusahaan swasta diperbolehkan.
Kebijakan ini bahkan berlangsung beberapa tahun setelah kematiannya.
Tahun 1918, Lenin lolos dari upaya pembunuhan tapi mendapat luka serius.
Kesehatan jangka panjangnya terdampak, dan di tahun 1922 ia menderita stroke yang membuatnya tidak pernah pulih.
Kondisi kesehatannya terus menurun di tahun-tahun berikutnya, ia kemudian khawatir mengenai birokrasi rezim dan juga khawatir mengenai naiknya kekuatan penerusnya, Joseph Stalin.
Lenin meninggal 24 Januari 1924.
Jasadnya dibalsem dan disimpan di musoleum di Red Square, Moskow.